Meski Bernuansa Positif, Rusia Sebut Pembicaraan dengan NATO Sejauh Ini Tidak Berhasil
Berita Baru, Moskow – Meski bernuansa positif, pemerintah Rusia sebut pembicaraan dengan NATO sejauh ini tidak berhasil.
Penilaian itu muncul dari Juru bicara Kremlin Dmitry Peskov pada Kamis (13/1) setelah melakukan pembicaraan awal dengan para diplomat NATO dan AS di Brussel yang dimulai sejak Rabu (12/1).
Penilaian suram yang keluar dari Peskov tersebut disebabkan oleh ada beberapa ketidaksepakatan tentang masalah-masalah mendasar antara para pihak.
Peskov juga mengatakan bahwa Rusia memandang rencana undang-undang pemberlakuan sanksi besar-besaran yang diungkapkan oleh Senat Demokrat AS ‘sangat negatif’ dan tampak seperti sebuah upaya untuk menekan Rusia.
Dengan pendukung utama dari AS, undang-undang sanksi tersebut akan menargetkan pejabat tinggi pemerintah dan militer Rusia jika mereka terlibat dalam konflik di Ukraina, termasuk Presiden Vladimir Putin dan lembaga perbankan utama Rusia.
Peskov mengatakan menjatuhkan sanksi pada Vladimir Putin sama saja dengan memutuskan hubungan antara Rusia dan AS.
“Kami melihat munculnya dokumen dan pernyataan seperti itu sangat negatif dengan latar belakang serangkaian negosiasi yang sedang berlangsung, meskipun tidak berhasil,” kata Peskov kepada wartawan, sebagaimana dikutip dari Reuters.
Peskov juga menyebut bahwa pembicaraan antara Rusia dan NATO sejauh ini telah menghasilkan beberapa “nuansa positif”.
Namun Peskov menegaskan bahwa Rusia mencari hasil yang konkret, bukan sekedar nuansa.
Karena itu, Peskov menilai bahwa langkah-langkah yang diusulkan “tidak berkontribusi pada suasana konstruktif dalam negosiasi ini.”
Putaran pembicaraan selanjutnya akan berlangsung di Wina, yang rencananya akan digelar pada hari ini, Kamis (13/1), untuk pertemuan Organisasi Keamanan dan Kerjasama di Eropa.
Rencananya, pertemuan di Wina itu akan membahas banyak persoalan keamanan, di mana beberapa tuntutan dan tawaran kedua belah pihak akan dimunculkan, terutama terkait dengan situasi keamanan di Ukraina.
Rusia telah menakuti Ukraina dan NATO dengan mengerahkan pasukan dan perangkat keras di dekat Ukraina.
Hal tersebut memicu kekhawatiran bahwa Rusia sedang mempersiapkan diri dan berencana untuk menyerang Ukraina.
Namun, Rusia membantah rencana semacam itu dan mengatakan pihaknya dapat mengerahkan pasukan di wilayahnya sesuka hati.
Rusia sedang mencari serangkaian jaminan keamanan dari NATO termasuk janji yang mengikat secara hukum bahwa NATO tidak akan pernah mengizinkan bekas Soviet Ukraina menjadi anggotanya.
Rusia juga menuntut agar NATO akan menarik kembali pasukan dari bekas negara komunis di Eropa tengah dan timur yang bergabung setelah Perang Dingin.
AS dengan tegas menolak tuntutan tersebut dan menyebutnya sebagai “non-starter”. Namun AS dan NATO mengatakan mereka bersedia untuk mengadakan pembicaraan dengan Rusia mengenai pengendalian senjata, penyebaran rudal dan langkah-langkah membangun kepercayaan.