WHO Khawatirkan Flu Burung Jadi Pandemi Selanjutnya
Berita Baru, Jakarta – World Health Organization (WHO) penyebaran virus flu yang menimpa burung dan mamalia lainnya pada saat ini berada di situasi yang mengkhawatirkan.
Diketahui, di Kamboja muncul dua kasus flu burung H5N1 pada manusia, ditemukan pada satu keluarga di negara tersebut. Salah satunya yakni gadis berusia 11 tahun yang meninggal dunia.
Menurut laporan Reuters yang dikutip Detik Health, Direktur kesiapsiagaan dan pencegahan epidemi dan pandemi, Sylvie Briand mengatakan saat ini WHO sedang meninjau penilaian risiko global terkait perkembangan terakhir temuan kasus flu burung.
Namun WHO menilai, risiko penyakit flu burung pada manusia masih rendah pada awal bulan ini.
“Situasi global H5N1 mengkhawatirkan mengingat meluasnya penyebaran virus pada burung di seluruh dunia dan meningkatnya laporan kasus pada mamalia termasuk manusia,” beber Briand.
“WHO menangani risiko dari virus ini dengan serius dan mendesak kewaspadaan tinggi dari semua negara,” sambungnya.
Briand mengatakan belum jelas apakah ada penularan H5N1 dari manusia ke manusia. Pihaknya masih berfokus pada kasus di Kamboja untuk melihat kemungkinan kedua kasus tersebut disebabkan oleh kondisi lingkungan yang sama, atau penularan kontak dekat dengan unggas yang terinfeksi atau hewan lain.
Strain baru H5N1, clade 2.3.4.4b, muncul pada 2020 dan telah memicu rekor jumlah kematian pada unggas liar dan unggas domestik beberapa bulan terakhir. Virus tersebut juga telah menginfeksi mamalia, meningkatkan kekhawatiran global.
WHO menegaskan, akan meningkatkan upaya kesiapsiagaan. Disebutkannya, ada antivirus dan 20 vaksin pandemi berlisensi jika situasi kini berubah. Namun begitu, vaksin tersebut masih harus diperbarui agar lebih cocok dengan strain H5N1 yang kini beredar.
Laboratorium yang berafiliasi dengan WHO sudah memiliki dua jenis virus flu terkait erat dengan virus H5N1 yang beredar. Jenis tersebut digunakan produsen untuk mengembangkan vaksin baru jika diperlukan. Pertemuan global para ahli flu pekan ini menyarankan diadakannya pengembangan jenis vaksin lain yang lebih cocok dengan H5N1 clade 2.3.4.4b.
Sebelumnya, pada Kamis (23/2/2023), pihak berwenang Kamboja melaporkan kematian seorang gadis berusia 11 tahun karena infeksi H5N1. Gadis tersebut jatuh sakit pada 16 Februari dan dilarikan ke RS di ibu kota Phnom Penh, dengan gejala berupa demam, batuk, sakit tenggorokan.
Pihak berwenang kemudian melakukan pengujian terhadap 12 kontak dan ditemukan, ayah dari gadis tersebut menunjukkan gejala serupa dan dinyatakan positif terinfeksi virus H5N1