Wahid Foundation Gelar Diskusi Partisipatif dengan Stakeholder Desa Damai di Bima
Berita Baru, Bima – Wahid Foundation, bekerja sama dengan Sekolah Rintisan Perempuan untuk Perubahan (La Rimpu), serta didukung oleh Korea International Cooperation Agency (KOICA) dan UN Women, menggelar Forum Diskusi Kelompok Terfokus (FGD) partisipatif tentang perdamaian berkelanjutan.
Acara ini berlangsung pada Kamis-Jumat, 19-20 September 2024, di Aula Kantor Bupati Bima, dengan dihadiri kelompok perempuan dari empat desa sasaran program Program Pemberdayaan Perempuan untuk Perdamaian Berkelanjutan: Merespons Nexus Aksi Kemanusiaan dan Perdamaian untuk Meningkatkan Ketangguhan Masyarakat”, yaitu Desa Samili, Rato, Roi, dan Ncera.
Dalam sambutannya, Dwinda Nur Oceani, Program Officer WISE Nexus dari Wahid Foundation, menjelaskan bahwa pemilihan Bima sebagai wilayah program didasarkan pada riset UN Women tahun 2023 yang menunjukkan tingginya risiko konflik sosial dan bencana di daerah tersebut.
“Namun, meskipun Bima memiliki potensi risiko yang tinggi, di sini kita bisa melihat peran besar perempuan dalam membangun ketahanan masyarakat. Melalui keterlibatan mereka dalam pengambilan keputusan, pengorganisasian komunitas, serta pemulihan pascabencana, kita dapat memperkuat kapasitas komunitas dalam menghadapi berbagai tantangan,” ungkap Dwinda.
Ia juga menambahkan bahwa program ini tidak hanya melibatkan perempuan, tetapi juga menyasar kelompok rentan lainnya seperti penyandang disabilitas dan generasi muda di empat desa tersebut.
“Kami ingin memastikan bahwa kelompok disabilitas dan anak muda dapat berpartisipasi aktif, sehingga mereka memiliki ruang yang aman untuk berkembang dan berkontribusi,” jelasnya.
Sementara itu, Ruwaidah Anwar, Program Officer WISE Nexus dari La Rimpu, menekankan bahwa forum ini menjadi kesempatan bagi perwakilan desa untuk berdialog dengan pemerintah daerah mengenai isu-isu perdamaian, ketangguhan masyarakat, dan kemanusiaan. “Forum ini adalah lanjutan dari FGD sebelumnya di setiap desa. Sekarang kita bertemu dengan perangkat daerah untuk membahas isu-isu penting yang relevan dengan program kerja dan tupoksi dinas terkait. Inilah makna tema yang kita usung, ‘Kasama Weki, Kasabua Fiki,’” ucap Ruwaidah.
Selain dihadiri oleh kelompok perempuan desa, acara ini juga melibatkan lima perangkat daerah Kabupaten Bima, yakni Badan Kesbangpol, Dinas Sosial, DPMDes, BPBD, dan DP3AP2KB sebagai narasumber. Pembina Yayasan La Rimpu, Abdul Wahid, juga memberikan pandangannya mengenai perubahan sosial di Bima. “Perubahan cara komunikasi masyarakat sering kali menciptakan jarak sosial, yang bisa memicu konflik. Oleh karena itu, partisipasi dari semua pihak, termasuk kaum agamawan dan tokoh masyarakat di desa, sangat penting untuk menjaga harmoni,” ungkap Guru Besar Antropologi Agama UIN Mataram ini.
Melalui forum ini, Wahid Foundation dan La Rimpu berharap dapat memperkuat ketangguhan masyarakat Bima dalam menghadapi potensi konflik dan bencana, serta memastikan kelompok rentan, khususnya perempuan dan penyandang disabilitas, memiliki peran signifikan dalam proses perdamaian dan pemulihan.