Tragis, Pendukung Oposisi Putin Dikirim ke Kutub Utara
Berita Baru, Internasional – Pemimpin oposisi Putin, Alexei Navalny mengatakan bahwa salah satu pendukungnya telah dipaksa masuk wajib militer dan dikirim untuk bertugas di pangkalan Arktik yang terpencil. Hal ini, oleh beberapa orang disebut sama dengan tindakan penculikan.
Dilansir dari The Guardian, Kamis (26/12), Ruslan Shaveddinov, pendukung oposisi Putin dilaporkan hilang sejak Senin (23/12) setelah polisi membobol flatnya di Moskow dan kartu SIM ponselnya dinonaktifkan.
Dia baru muncul pada Selasa (24/12), di pangkalan pertahanan udara rahasia di kepulauan Novaya Zemlya, sebuah tempat yang terpencil di Samudra Arktik, kata Navalny. Tempat itu, memisahkan laut Barents dan Kara, kepulauan Novaya Zemlya digunakan oleh Uni Soviet untuk melakukan uji coba nuklir.
“Dia telah secara ilegal dirampas kebebasannya,” kata Navalny, lawan utama presiden Vladimir Putin. Dalam sebuah posting blog, ia menyebut pemuda 23 tahun itu sebagai “tahanan politik”.
Pria Rusia memenuhi syarat untuk wajib militer antara usia 18 sampai 27 dan melayani dinas militer satu tahun. Namun, banyak yang mencari cara untuk menghindari ini karena dirasa sebagai sebuah sistem yang rusak dan cacat.
Pendukung oposisi menyerukan pembebasan Shaveddinov dengan menggelar protes di Moskow termasuk di luar markas tentara.
“Selamat Tahun Baru 1937”, kata salah satu plakat yang merujuk pada tahun puncak pembersihan era Stalin. “Ruslan Shaveddinov telah diculik oleh FSB (dinas keamanan) dan diasingkan ke Novaya Zemlya,” kata salah satu poster.
Navalny mengatakan Shaveddinov memiliki kondisi medis yang membuat dia harus berhenti untuk dinas militer, tetapi dia dipaksa dikirim ke pangkalan Arktik tanpa pelatihan dasar.
Vyacheslav Gimadi, seorang pengacara yayasan Navalny mengatakan, menteri pertahanan Sergei Shoigu dan panglima tertinggi Putin harus bertanggung jawab atas sebuah tindakan yang disebutnya sebagai “penculikan”.
Juru bicara Navalny, Kira Yarmysh, yang merupakan mitra Shaveddinov, mengatakan Shaveddinov baru-baru ini bertugas sebagai penghubung anggota parlemen oposisi di parlemen kota Moskow.
“Mungkin inilah alasan mengapa hal ini terjadi,” kata Yarmysh kepada AFP.