Tak Ada Nuklir dalam Parade Militer Korea Utara Kali Ini, Ada Apa?
Berita Baru, Pyongyang – Dalam acara pawai paramiliter dan pasukan keamanan publik Korea Utara (Korut) pada Kamis (9/9), penampilan Presiden Kim Jong Un menjadi sorotan publik internasional lantaran terlihat ‘agak ramping’.
Acara digelar untuk merayakan ulang tahun ke-73 berdirinya Republik Rakyat Demokratik Korea diadakan dengan megah di Lapangan Kim Il Sung di Pyongyang.
Dalam foto yang diunggah di kantor berita resmi Korut KCNA, terlihat Kim Jong Un mengenakan setelan krem, menggandeng dua anak kecil, melambai dari balkon ke arah penonton dan pasukan.
Kim Jong Un menyampaikan salam hangat kepada semua orang di negara itu yang merayakan ulang tahun berdirinya negara yang bermartabat, melambai kembali kepada para peserta yang dengan antusias bersorak-sorai dalam pawai dan dalam perayaan.
Selain itu, berbeda dengan parade sebelumnya yang digelar pada Januari 2021, parade kali ini dinilai publik ‘agak kalem’ karena tak banyak memamerkan senjata nuklir atau rudal balistik antarbenua tapi lebih banyak terlihat kembang api.
Parade kali ini juga lebih banyak menampilkan ‘pasukan paramiliter dan keamanan publik. Beberapa kelompok ada yang mengenakan pakaian APD atau jas hazmat.
Terlihat dalam foto, jet tempur yang membentuk formasi di sekitar Kim Il Sun Square yang diterangi cahaya dan artileri diangkut dengan traktor.
Menurut Pyongyangtimes, acara tersebut lebih berfokus pada pengiriman pesan lokal. Acara itu lebih bertujuan untuk memuji unit-unit berbaris, organisasi pertahanan sipil dan pasukan keamanan publik karena dianggap memberikan kontribusi besar dalam pekerjaan anti-virus, membangun kembali komunitas yang dihancurkan oleh banjir, dan upaya untuk meningkatkan ekonomi yang terpukul oleh sanksi internasional dan penutupan perbatasan akibat pandemi.
Hingga Jumat (10/9) pagi, KCNA juga melaporkan beberapa ucapan selamat yang datang dari para pemimpin negara, diantaranya dari Presiden Palestina Mahmoud Abbas, Presiden Turkmenistan Gurbanguly Berdymuhamedov, Presiden Singapura Halimah Yacob, Presiden Mongolia U. Khurelsukh, dan Presiden Nicaragua Daniel Ortega Saavedra.