Beritabaru.co Dapatkan aplikasi di Play Store

 Berita

 Network

 Partner

hasil survei nasional REACT (Religious Environmentalism Actions) yang mengkaji pengetahuan, sikap, dan perilaku Muslim Indonesia terhadap lingkungan dan perubahan iklim di Hotel Ashley Wahid Hasyim Jakarta pada Rabu, (24/7/2024).
Acara hasil survei nasional REACT (Religious Environmentalism Actions) yang mengkaji pengetahuan, sikap, dan perilaku Muslim Indonesia terhadap lingkungan dan perubahan iklim di Hotel Ashley Wahid Hasyim Jakarta pada Rabu, (24/7/2024).

Survei PPIM UIN Jakarta: 70% Muslim Indonesia Sadar Perubahan Iklim



Berita Baru, Jakarta – usat Pengkajian Islam dan Masyarakat (PPIM) UIN Jakarta telah merilis hasil survei nasional REACT (Religious Environmentalism Actions) yang mengungkap pengetahuan, sikap, dan perilaku Muslim Indonesia terhadap lingkungan dan perubahan iklim. Survei ini dipresentasikan di Hotel Ashley Wahid Hasyim Jakarta pada Rabu (24/7/2024).

Melibatkan 3,397 responden dari seluruh provinsi di Indonesia, survei ini menunjukkan bahwa 70,43% Muslim Indonesia mengetahui tentang perubahan iklim. Dari jumlah tersebut, 76,82% yakin dan 19,1% sangat yakin bahwa perubahan iklim sedang terjadi. Namun, hanya 50,4% yang khawatir tentang kerusakan lingkungan, sementara 58,35% lebih mengkhawatirkan kriminalitas.

“Islam yang konservatif cenderung kurang ramah lingkungan, sedangkan Muslim dengan komitmen kuat lebih pro-lingkungan,” ujar Koordinator Survei Nasional REACT, Prof. Iim Halimatusa’diyah. Ia juga menyebut bahwa 46,07% responden percaya bahwa manusia adalah penyebab utama kerusakan lingkungan dan perubahan iklim, sementara 37,72% menyatakan bahwa penyebabnya adalah kombinasi antara aktivitas manusia dan faktor alami, dan 16,21% menyebut penyebabnya alami.

Acara ini dihadiri oleh tamu undangan dari berbagai kedutaan dan lembaga lingkungan hidup seperti Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), Greenpeace, serta organisasi terkait lainnya. Direktur Eksekutif PPIM UIN Jakarta, Didin Syafruddin, Ph.D., menyampaikan terima kasih kepada Kedutaan Kerajaan Belanda atas dukungannya dalam penelitian ini.

“Pendidikan itu sepanjang hayat dan harus mencakup hard dan soft skills untuk mendukung pembangunan berkelanjutan,” tegas Deputi Bidang Pembangunan Manusia, Masyarakat, dan Kebudayaan BAPPENAS, Andri N.R Mardiah, ST, M.Bus, Ph.D., menekankan pentingnya pendidikan dalam meningkatkan literasi lingkungan.

KH. Ulil Abshar Abdalla, Ketua Lakpesdam PB Nahdlatul Ulama, menambahkan bahwa green Islam harus membedakan antara isu lingkungan pada level small habitat (kerusakan lingkungan) dan big habitat (perubahan iklim). “Isu dekarbonisasi masih memerlukan banyak perhatian dan belum sepenuhnya terselesaikan,” tambahnya.

Direktur Eksekutif Muhammadiyah Climate Center, Dr. Agus S. Djamil, menyatakan bahwa survei ini memberikan baseline studies yang berharga bagi akademisi, pembuat kebijakan, dan organisasi masyarakat sipil berbasis agama. “Hasil survei ini adalah potret kondisi kesadaran lingkungan bangsa kita hari ini,” ucapnya.

Aktivis lingkungan, Hening Parlan, M.M., mengungkapkan bahwa 40% masalah lingkungan di Indonesia adalah sampah, diikuti oleh banjir (20%), sungai tersendat (11%), pemanasan global (10%), pencemaran udara (6%), kerusakan ekosistem laut (4%), sulitnya air bersih (3%), kerusakan hutan (2%), abrasi (2%), dan pencemaran tanah (2%). “Muslim di Indonesia memiliki porsi yang sangat tinggi dalam mengabaikan perubahan iklim meskipun dampaknya sudah sangat terasa,” jelasnya.