Surat Terbuka untuk Pak Bupati Tuban tentang Covid-19
Surat Terbuka untuk Pak Bupati Tuban tentang Covid-19
Surat: Amrullah Ali Mubin
Saya harus melepas keresahan ini ke Bapak. Sebab, Bapak satu-satunya orang yang saya yakini bisa mengambil kebijakan. Saya akui informasi di Tuban tentang Covid-19 ini sudah masif. Gerakan Bapak menutup tempat umum sudah digelar. Termasuk membersihkan tempat umum.
Mengapa Tuban masih belum ada yang positif. Saya khusnudzon saja. Tuban aman dari virus ini. Namun, meski belum ada yang positif bukan berarti kita berleha-leha. Bukan berarti, tidak ada yang positif.
Sebab, spesimen yang dites juga sedikit. Untuk dikategorikan Orang Dalam Pemantauan (OPD) saja kadang orang harus menyatakan lapor dulu. Ini wajar sebab tidak ada data yang pasti siapa saja yang pernah keluar negeri yang dipegang Pemkab. Jikapun ada itu pasti umroh. Itupun data yang pasti diminta dari kolega Pemkab yakni Kemenag Tuban.
Pak Bupati yang baik. Saya sadar, tak bisa berbuat banyak. Jika kita sendirian pasti tidak bisa. Maka perlu bersama-sama menggerakkan elemen masyarakat.
Yang jelas komando ada di tangan Bapak. Jika arahan Bapak Presiden bekerja, belajar dan beribadah di rumah maka ini perlu digalakkan.
Caranya memang tidak perlu membuat panik orang. Langkah merumahkan pelajar sudah tepat. Tapi, perlu kawalan. Pastikan mereka di rumah bukan malah kluyuran. Caranya bukan hanya guru yang memantau. Namun, orang tua dan lingkungan harus sama-sama bergerak untuk saling mengingatkan di rumah saja.
Persebaran virus yang lebih banyak menyerang lansia atau 50 tahun ke atas ini pasti sudah bapak dengar. Saya yakin bapak juga memiliki umur di atas itu. Bapak khawatir kan? Bapak pasti sudah mengurangi ritme kerja dan pasti mencuci tangan.
Bapak, jika didata para pegawai pemkab Tuban yang usianya 50 tahun ke atas pasti tidak sedikit. Baik yang ada di tingkat kelurahan kecamatan hingga di dinas-dinas. Mereka sampai hari ini tetap bekerja. Apalagi mereka yang ada di garda depan pelayanan. Pasti mereka akan lebih sering bertatapan dengan masyarakat. Yang, kita tidak pernah tahu mereka carrier (pembawa virus) atau tidak.
Mengapa mereka masih bekerja. Sebab, belum ada intruksi dari bapak tentang bekerja di rumah. Seharusnya, langkah ini harus segera dilakukan. Jika memang bisa, orang-orang tua itu diminta menjadi pengomando. Tidak perlu berada di ruang terbuka. Mereka kita minta untuk istirahat lebih banyak.
Apalagi para kepala dinas juga dari generasi sepuh. Mereka harus dipastikan di rumah. Termasuk staf yang sudah 50 tahun ke atas.
Jika kebijakan ini bapak lakukan. Setidaknya, bapak sudah menyelamatkan beberapa nyawa. Bukankah menyelamatkan nyawa sesama manusia adalah perbuatan yang mulia.
Untuk menahan orang di rumah selama 14 hari memang sulit. Mereka yang kerja serabutan dan mendapatkan uang harian juga tidak dapat hidup di rumah. Maka, pemerintah harus bergerak. Memastikan data warga yang memang membutuhkan. Sekali lagi RT dan desa harus bersinergi. Memastikan data warga yang kurang sejahtera ini. Mereka bisa diberikan sembako untuk bertahan hidup. Dengan begitu negara tetap hadir di tengah tengah mereka yang membutuhkan.
Selanjutnya, pastikan tidak ada yang mengusasi bahan pokok tertentu. Pengusaha harus ditekan tidak mengambil kesempatan dalam kesempitan. Semua harus bersama-sama. Pengusaha harus bersama-sama juga.
Di lini swasta pun bapak harus ikut terlibat. Pastikan pegawai swasta di perusahaan yang di Tuban dengan usia lansia dan rentan sakit perlu dirumahkan tanpa mengurangi gaji mereka.
Jika yang tua-tua sudah berada di rumah bukan berarti yang muda seenaknya saja. Mereka bisa juga sebagai carrier virus. Maka perlu ada langkah agar yang muda tetap menahan diri. Seminimal mungkin untuk bertatapan dengan orang lain.
Ada pula langkah yang harus bapak ambil untuk mereka yang datang dari luar kota. Sekali lagi luar kota yang cukup banyak ODP maupun PDPnya. Bukan saya meragukan hasil cek corona di RSUD. Melainkan sebagai antisipasi. Dengan begitu kita bisa memaksimalkan pencegahan bagi para carrier dari kota lain.
Bapak pasti sudah membaca membludaknya corona di Italia salah satu penyebabnya adalah ada orang yang tepapar tapi berbondong-bondong pulang ke desa.
Jika masyarakat desa yang terpapar pasti mereka yang akan disalahkan dan menjadi korban. Apalagi mereka tak banyak memiliki uang. Para orang desa yang tidak pernah ke mana-mana harus menanggung beban berat akibat orang kota datang pulang ke desa. Maka perlu ada mekanisme untuk pengawasan orang-orang dari luar kota.
Dengan meminimalisir ini kita bisa memberi kesempatan bagi para tenaga kesehatan untuk menyelesaikan tugasnya. Mereka akan kualahan jika kelak tes masal dilakukan. Dengan begitu, jika para nakes bisa bekerja maksimal akan banyak orang yang sembuh. Sebab mendapat penanganan yang prima.
Bapak juga perlu menjamin kesejahteraan nakes kita. Nakes telah menjadi garda depan dalam mengawal virus ini. Pastikan alat pelindung diri seperti masker dan lainnya stok ada di sana. Jangan sampai karena ulah orang serakah barang-barang tersebut langka di pasaran.
Bapak, saya yakin dengan kepemimpinan bapak ini bisa meminimalisir korban atau orang positif corona. Selain seorang kiai. Bapak juga cukup berpengalaman menghandel perusahaan. Jadi, saya yakin bapak sangat mampu. Bapak tidak sendirian asal semuanya terbuka dan tidak saling menutupi.
Sebelum menutup surat ini. Saya mendapat kiriman gambar dari seorang teman dari kota besar yang tinggal di perumahan. Mereka menyediakan alat cuci tangan di depan rumahnya. Secara mandiri untuk orang yang melintas. Seperti para penjual sayur atau lainnya.
Dengan begitu, perekonomian masih jalan. Pedagang keliling masih tetal bisa berjualan dan tetap aman karena cuci tangan.
Kadang masyarakat perumahan ini aneh. Mereka setengah-setengah. Warganya campuran. Gaya kota ada. Gaya ndesa tidak sedikit. Akhirnya bercampur aduk tanpa kontrol di wilayahnya. Masyarakat perumahan yang melek informasi mereka akan tinggal di rumah. Sebaliknya, masyarakat yang minim info akan tetap berkeliaran.
Maaf telah menganggu pagi bapak. Semoga bapak selalu sehat dan terus diberikan perlindungan Allah.
Senin, 23 Maret 2020
Amrullah Ali Mubin adalah penyuka sambel terong bakar dan Iwak P (pari). Ia juga seorang Jurnalis, Dosen dan pendiri Gerakan Tuban Literasi.