Sri Mulyani Sebut 170 Negara Alami Kontraksi Akibat Pandemi Covid-19
Berita Baru, Jakarta – Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyebut 170 negara mengalami kontraksi akibat pandemi Covid-19. Ia mengungkapkan, kondisi perekonomian buruk ini merupakan yang terparah sejak 150 tahun terakhir.
Sri Mulyani mengatakan pandemi Covid-19 ini memberi dampak yang luar biasa buruk bagi perekonomian. Hal ini dikarenakan pandemi Covid-19 memaksa semua negara untuk mengambil kebijakan tak hanya di bidang ekonomi, tetapi juga kesehatan dan politik.
“Covid-19 ini memaksa dan membuat semua negara harus memformulasikan kebijakan, tidak hanya di ekonomi tapi di kesehatan dan sosial,” kata Sri Mulyani dalam webinar, Selasa (6/4/2021).
Sri Mulyani menuturkan, Indonesia juga mengalami gangguan pada perekonomian yang mengalami kontraksi akibat pandemi Covid-19. Indonesia, tambahnya, juga melakukan kebijakan yang luar biasa demi menekan dampak pandemi Covid-19.
Pada tahun lalu pemerintah menerapkan Pembatasan Sosial berskala Besar (PSBB) yang menyebabkan ekonomi nasional kontraksi 5,32 persen pada kuartal II atau yang terdalam sejak krisis keuangan Asia pada 1997-1998..
“Ini terbesar sejak krisis keuangan 1997-1998. Jadi kita termasuk dalam 170 negara yang mengalami kontraksi, sebab sepanjang 2020 kita kontraksi 2,07 persen,” ujar Sri Mulyani.
Namun demikian, Sri Mulyani menyampaikan kontraksi ekonomi yang dialami Indonesia masih lebih baik dibandingkan negara-negara lain.
Di Asean, kata Sri Mulyani, Vietnam masih tumbuh positif. Namun, Singapura kontraksi 6 persen, Filipina mengalami kontraksi paling dalam mencapai 9,6 persen, Thailand kontraksi 6,6 persen, dan Malaysia kontraksi 5,8 persen.
“Poin saya, ini adalah situasi yang tidak memandang bulu dan mengalami dampak konsekuensi luar biasa. Tentu dengan adanya kontraksi ekonomi ada konsekuensi kenaikan pada pengangguran, kemiskinan dan kesejahteraan masyarakat,” tandas Sri Mulyani.