Serangan ‘Nyamuk’ Korut Berpotensi Mematikan Kapal Induk AS dan Korsel
Berita Baru, Jakarta – Hubungan antara Korea Utara (Korut) dan Korea Selatan (Korsel) memanas saat Korut memutuskan semua jalur komunikasi dengan Korsel pada 9 Juni. Seminggu berselang, Korut meledakkan kantor penghubung bersama antar-Korea di kota perbatasan Kaesong.
Korsel pun tak tinggal diam. Korsel mengatakan akan ‘memberikan balasan yang sesuai’ jika Korut berani menyerang langsung Korsel.
Amerika Serikat, sebagai negara ‘mitra’ dari Korsel mengutuk aksi militer Korut. Dan pada puncaknya, hari ini, Selasa (7/7), Wakil Menlu AS dan Perwakilan Khusus Korut Stephen Biegun sampai di Korsel.
Presiden Korsel Moon Jae-In berusaha menjadi mediator pertemuan AS dan Korut. Namun, Korut mengatakan bahwa pihaknya tidak berminat sama sekali berbincang dengan AS dan upaya Korsel untuk menjadi mediator merupakan hal yang tidak masuk akal
Situasi seperti ini membuat Korsel dan Korut berada diambang perang dan berpotensi menuju aksi militer. Dan jika memang demikian, aksi militer laut akan menjadi zona perang yang menentukan.
Jika Korsel berperang dengan Korut, maka salah satu ancaman yang akan dihadapi adalah kawanan kapal patroli kecil angkatan laut Korut yang dipersenjatai dengan rudal dan torpedo.
Lalu bagaimana Korsel akan meresponnya?
Michael Peck, seorang pengamat militer dan kontributor di National Interest, mengatakan bahwa armada militer laut Korut memiliki sekitar 300 kapal serang cepat, mulai dari kapal torpedo 20 ton hingga setengah lusin kapal hovercraft kelas Nongo yang berbobot 200 ton.
Tulang punggung pasukan Korea Utara terdiri dari lebih dari 200 kapal torpedo yang dipersenjatai dengan beberapa tabung torpedo dan beberapa senapan mesin atau meriam kecil.
Jika dibandingkan dengan kapal induk Korea Selatan atau kapal Induk AS, ratusan kapal kecil itu memang tidak akan banyak ‘merusak’. Peck menggambarkan serangan kapal-kapal kecil Korut terhadap kapal induk AS atau Korsel seperti gigitan nyamuk.
Namun, jika kapal induk itu memasuki wilayah pantai, ‘nyamuk-nyamuk’ itu akan mampu ‘membunuh’ dengan cara mengerubungi dan menggigit secara bertubi-tubi dan cepat armada kapal AS dan Korsel.
Tampaknya Korsel pun sudah mewaspadai serangan ‘nyamuk’ dari Korut. Korsel dilaporkan telah melengkapi pertahanan lautnya dengan kapal patroli laut kelas PKX-B (Patrol Killer Experimental-B) yang dilengaki dengan roket dan rudal.
Mengutip radarmiliter.com, kapal patroli kelas PKX-B ini dipersenjatai dengan satu meriam 76 mm yang terletak di dek depan, 2 senapan mesin S&T Dynamics K6 12,7 mm dan peluncur roket berpemandu LIG Nex1/Hanwha 130mm. Untuk peluncur, terdiri dari 12 tabung yang masing-masing menembakkan roket berpemandu tunggal.
Awalnya roket dipandu melalui kombinasi GPS, INS, dan Data Uplink hingga pertengahan penerbangannya, namun kemudian beralih ke homing IIR, sehingga roket akan memungkinkan jangkauan maksimum lebih dari 20 Km dan jangkauan minimum 3 Km.
Selain itu, Angkatan Laut AS juga mencoba mencari solusi lain. Secara khusus, Angkatan Laut AS merasa khawatir dengan serangan ‘nyamuk’ dari Korut, mengingat serangan seperti itu juga pernah digunakan oleh Iran untuk mengahadapi kapal perang AS di perairan sempit Teluk Persia.
Atas pertimbangan itu, Angkatan Laut AS baru-baru ini menguji coba rudal antitank Army Hellfire AS yang dimodifikasi dan dikonfigurasi ulang sebagai rudal antikapal. Selain itu, Angkatan Laut AS juga telah menguji meriam 57mm di kapal dan bahkan mencoba memasangnya pada robot-robot kecil untuk mencegat pesawat serangan cepat musuh.