Sejak 2017, Project STOP Kelola 150 Ton Sampah Plastik Perhari
Berita Baru, Jakarta – Project STOP bersama dengan mitra-mitranya merayakan sejumlah capaian dalam upaya menghindari kebocoran sampah plastik ke lingkungan di Indonesia. Sejak dimulai pada tahun 2017 lalu, hingga akhir tahun 2020, inisiatif ini diketahui sudah telah mencapai tujuan untuk membawa pengelolaan sampah kepada lebih dari 133.500 orang.
Hal itu ditandai dengan adanya pembangunan lima fasilitas untuk pengolahan sampah terpadu yang secara kolektif akan mengolah 150 ton sampah per hari dan berkontribusi untuk mencegah lebih dari 8.123 ton sampah (1.118 ton diantaranya adalah plastik) agar tidak bocor ke lingkungan.
“Setelah mencapai skala penuh pada akhir tahun 2022, tiga kemitraan kota di Project STOP akan menjangkau 450.000 orang dan mencegah 45.400 ton sampah agar tidak bocor dan mencemari lingkungan, termasuk 5.700 ton plastik melalui pengelolaan sampah yang lebih sirkuler, dan berkelanjutan secara ekonomi,” terang Direktur Project STOP Joi Danielson dalam keterangan tertulis, Sabtu (27/3).
Joi Danielson juga menyampaikan, didirikan Bersama Borealis dan SYSTEMIQ pada tahun 2017, Project STOP bekerja sama dengan pemerintah kabupaten untuk menciptakan sistem pengelolaan sampah sirkuler yang efektif di wilayah dengan kebutuhan tinggi di Asia Tenggara.
“Project STOP mendukung sejumlah kota dengan keahlian teknis untuk menciptakan sistem pengolahan sampah sirkuler untuk menghentikan kebocoran sampah, meningkatkan daur ulang yang berkelanjutan secara ekonomi, menciptakan lapangan pekerjaan baru dan mengurangi dampak berbahaya akibat sampah yang salah Kelola bagi kesehatan masyarakat, sector pariwisata dan perikanan,” tambahnya.
Perlu diketahui, saat ini, Project STOP beroperasi di tiga kota kemitraan, termasuk daerah pesisir di Muncar dan Pasuruan, Jawa Timur dan Jembrana, di pesisir barat laut Bali.
Setidaknya, hingga akhier 2020, ada beberapa capaian penting oleh Project STOP. Pertama, membawa layanan pengangkutan sampah kepada lebih dari 133.500 orang. Sebagian besar untuk pertama kalinya.
Kedua, mampu menghentikan 8.123 ton sampah (1.118 ton plastik) agar tidak mencemari lingkungan. Ketiga, Project STOP berupaya menciptakan lapangan pekerjaan bagi 168 pekerja di sektor persampahan, yang akan bertambah hingga lebih dari 250 pekerja hingga akhir program.
Keempat, menyelesaikan konstruksi lima fasilitas Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) – satu fasilitas di Jembrana, Bali dengan kapasitas 50 ton/hari, dua fasilitas di Pasuruan, Jawa Timur dengan kapasitas 30 ton/hari, dan dua fasilitas di Muncar, Jawa Timur, dengan kapasitas 20 ton/hari, sehingga total kapasitas pemrosesan Project STOP mencapai 150 ton/hari.
Kelima, menggunakan berbagai model tata keloa untuk mendukung sistem pengelolaan sampah yang lebih stabil dan professional. Dan keenam, mengembangkan kurikulum yang ekstensif untuk melatih pemerintah dan lainnya dalam mengatur dan mengoperasikan sistem pengolahan sampah.
Melihat keberhasilan Project STOP tersebut, para kemitraan yang terlibat turut memberikan apresiasi, salah satunya Pemerintah Kabupaten Banyuwangi. Bupati Banyuwangi Ipuk Fiestiandani mengatakan, kemitraan dengan Project STOP telah membantu pihaknya dalam pengelolaan sampah kepada lebih banyak orang dengan lebih efisien.
“Kami berencana mendorong perkembangan Kabupaten Banyuwangi di masa yang akan datang. Kami sangat senang dengan hadirnya Project STOP sebagai contoh yang baik, dan dengan adanya tim lapangan sebagai penasihat yang terpercaya. Dan untuk mencapai komitmen nasional pengurangan 70% aliran sampah plastik laut pada tahun 2025, kemitraan seperti ini
merupakan hal yang sangat penting untuk kami,” pungkasnya.