Saat Fokus Dunia Tertuju pada Pemilu AS, Israel Menggusur Puluhan Bangunan Suku Badui di Tepi Barat Palestina
Berita Baru, Internasional – Israel telah menghancurkan sebagian besar desa Badui di Tepi Barat yang diduduki. Kata penduduk setempat dan salah seorang pejabat PBB, mereka menggusur 73 warga Palestina, termasuk 41 anak-anak.
Salah satu pejabat PBB itu juga melaporkan, rumah tenda, tempat penampungan hewan, jamban dan panel surya termasuk di antara bangunan yang hancur di desa Khirbet Humsah pada Selasa (3/11).
Dilansir dari Reuters, Jumat (6/11), badan penghubung militer Israel dengan Palestina, COGAT, mengonfirmasi bahwa penghancuran dilakukan terhadap bangunan yang disebut ‘illegal’.
Pada Kamis pagi (5/11), penduduk berbondong-bondong kembali ke tempat yang digusur. Mereka mendirikan tenda sumbangan kelompok bantuan Palestina.
Sisa-sisa desa yang dihancurkan terletak di lereng bukit, dengan hanya dua rumah asli yang masih berdiri agak jauh dari yang lain.
“Mereka ingin mengusir kami dari daerah itu sehingga pemukim dapat tinggal di tempat kami, tetapi kami tidak akan pergi dari sini,” kata warga Harbi Abu Kabsh, merujuk pada sekitar 430.000 pemukim Israel yang tinggal bersama tiga juta warga Palestina di Tepi Barat, yang ditangkap Israel dalam perang tahun 1967.
Pada Rabu (4/11), COGAT mengeluarkan pernyataan yang mengatakan bahwa “aktivitas penegakan hukum telah dilakukan oleh pasukan Israel terhadap 7 rumah dan 8 kandang yang dibangun secara ilegal, di tempat tembak yang terletak di Lembah Jordan.”
Israel sering mengatakan tidak adanya izin atas bangunan sebagai klaim atas penghancuran bangunan Palestina di Tepi Barat.
Yvonne Helle, seorang koordinator kemanusiaan untuk Perserikatan Bangsa-Bangsa di wilayah Palestina, mengatakan bahwa badan-badan bantuan telah mengunjungi Khirbet Humsah dan mencatat 76 bangunan yang dihancurkan, pembongkaran terbesar dalam dekade terakhir.
Kelompok hak asasi manusia Israel B’Tselem mengatakan struktur itu termasuk 18 tenda dan gudang.
Perdana Menteri Palestina, Mohammad Shtayyeh, menuduh Israel mengatur waktu penghancuran di hari pemilihan di Amerika Serikat, ketika fokus dunia sedang terganggu.
“Karena perhatian difokuskan pada #USElection2020, Israel memilih malam ini untuk melakukan kejahatan lain / menutupinya: untuk menghancurkan 70 bangunan Palestina, termasuk. Rumah,” kata Mohammad Shtayyeh di twitter.
Pada Kamis (5/11), seorang juru bicara COGAT memberikan komentar langsung atas klaim Shtayyeh dengan mengatakan: “Penegakan dilakukan sesuai dengan otoritas dan prosedur, dan tunduk pada pertimbangan operasional.”
Menurut PBB, sekitar 689 bangunan telah dihancurkan di Tepi Barat dan Yerusalem Timur sepanjang tahun ini. Penghancuran menyebabkan 869 warga Palestina kehilangan tempat tinggal.