Ramadan ke-24: Antara Pertemuan dan Perjumpaan
Berita Baru, Ramadan – Bertemu tidaklah sama dengan berjumpa. Mungkin kita bisa bertemu dengan siapa saja yang kita berpapasan dengannya di jalan, tetapi tidak semua itu adalah suatu perjumpaan.
Perjumpaan menyisakan kualitas, sedangkan pertemuan sekadar melihat dan selesai. Jika beruntung ada obrolan juga dalam pertemuan, tapi itu tidak lebih dari sebuah obrolan.
Dalam dunia sufi, hal senada juga ada rupanya. Seperti disampaikan Oman Fathurahman melalui #TanggaRuhani ke-81al-Mukasyafah dan ke-82 al-Musyahadah, interaksi antara batin antara hamba dan Tuhannya terbagi menjadi dua level secara umum.
Al-Mukasyafah adalah level pertama, yakni tersingkapnya tirai atau penghalang antara Hamba dan Tuhannya. Interaksi seperti ini hanya bisa dicapai melalui bersihnya hati.
“Jika hati kita masih kotor, ada godaan sedikit saja langsung berpaling, maka jelas kita bisa mengalami al-Mukasyafah,” kata Oman pada Kamis (6/5).
Kemudian sisanya adalah level kedua, yaitu runtuhnya tirai yang menghalangi hamba dan Tuhannya. Jika al-Mukasyafah hanya menyingkap tabir, maka al-Musyahadah langsung meruntuhkan tabirnya,
Ibaratnya, di tahap al-Musyahadah sudah tidak ada apa pun di antara kita meski sekadar tabir yang tersingkap. Kualitas interaksi al-Musyahadah di atas al-Mukasyafah. Al-Mukasyafah layaknya pertemuan, sedangkan al-Musyahadah adalah perjumpaan.
Sebagai catatan, #TanggaRuhani sejak ke-81 ini tidak lagi masuk Manzilah al-Wilayah, tetapi usai ke persinggahan ke-9, yakni Manzilah al-Haqiqah.