PPKM Level 4 Diperpanjang, Guru Besar FKUI: Ini Adalah Keputusan yang Tepat
Berita Baru, Jakarta – Guru Besar Paru Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) Prof Tjandra Yoga Aditama menilai, bahwa perpanjangan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) level 4 sejak 2 Agustus hingga 9 Agustus 2021 merupakan keputusan yang tepat.
“Ini adalah keputusan yang tepat mengingat situasi epidemiologik memang belum memungkinkan PPKM dicabut, walaupun memang cukup banyak rumah sakit di Jakarta dan beberapa kota besar di Jawa yang turun angka keterisian tempat tidur (BOR) nya,” kata Tjandra dalam keterangan tertulis, Selasa (3/8/2021).
Kendati demikian, Tjandra mengungkapkan cukup banyak juga yang kemudian mendiskusikan sampai kapan PPKM akan diberlakukan, serta kapan mulai PPKM dilonggarkan.
Menurut Tjandra, hal itu tentunya akan bergantung dari data analisis risiko yang mematrixkan tingginya penularan di masyarakat dengan kemampuan respon pelayanan kesehatan, yang kemudian dikenal sebagai level 4, atau 3, atau 2 dan lain sebagainya.
“Dapat menggunakan dokumen WHO “Considerations for implementing and adjusting public health and social measures in the context of COVID-19” yang diperbarui pada 14 Juni 2021,” ujar Tjandra.
Di sisi lain, lanjut Tjandra, kalau hanya melihat satu sisi, maka ada juga pihak yang menghubungkan dengan satu aspek saja, yaitu data epidemiologis jumlah kasus baru yang dilaporkan.
Tjandra pun memberikan contoh situasi yang dialami di India. Pada 15 Februari jumlah kasus baru harian negara itu adalah sekitar 9.000. Angka ini lalu terus meningkat dan pada 17 April kasus per hari mencapai 261.394 orang di seluruh India.
“Artinya naik lebih dari 25 kali lipat. Pada tanggal 17 April itu New Delhi memberlakukan lockdown. Sesudah itu kasus masih terus meningkat sampai 414.188 kasus sehari pada 6 Mei 2021, dan sesudah itu berangsur turun,” ucap Tjandra.
Tjandra melanjutkan, New Delhi baru mulai melonggarkan lockdownnya secara bertahap pada 31 Mei 2021, di saat kasus harian di India sudah 127.510. Artinya sekitar separuh dari kasus harian di awal mereka memulai lockdown.
Menurut Tjandra, memang mungkin tidak terlalu tepat membandingkan kebijakan lockdown di New Delhi dengan angka harian di seluruh negara. Tetapi setidaknya, lanjutnya, ini dapat memberi gambaran kecenderungannya.
Tjandra pun lantas membandingkan dengan data Indonesia pada 15 Mei 2021 di mana kasus baru harian di Indonesia adalah 2.385 orang. Angkanya terus meningkat dan pada 3 Juli 2021 dimulailah PPKM Darurat, yang pada tanggal itu angka kasus barunya adalah 27.913 (naik sekitar 10 kali lipat) dengan angka rata-rata 7 harinya sebesar 23.270 orang. Sejauh ini kasus tertinggi terjadi pada sekitar 15 Juli dengan kasus 56.757 orang dengan angka rata-rata 7 harinya 44.145 orang, lalu ada kecenderungan menurun.
Pada 2 Agustus ketika harus diputuskan kelanjutan PPKM level 4 maka kasus baru adalah 22.404 orang, seakan-akan lebih rendah dari awal PPKM darurat 3 Juli 2021, tetapi ternyata angka rata-rata 7 harinya masih jauh lebih tinggi, yaitu 38.295 orang.
“Artinya, keadaan 2 Agustus tidaklah lebih baik dari keadaan 3 Juli ketika awal PPKM darurat, karena itu amat tepat kalau PPKM level 4 tetap diteruskan dulu,” imbuh Tjandra.
Lebih lanjut, Tjandra menyebutkan jika melihat perbandingan New Delhi yang baru melonggarkan lockdown ketika kasus sudah separuh dari awal mula lockdown, maka kalau mau digunakan batasan yang sama maka kasus baru harian perlu turun sampai 13 ribuan.
“Walau tentu kita dapat saja menggunakan dasar perhitungan lain untuk mengambil keputusan. Kita harapkan kebijakan melanjutkan PPKM ini akan memberi manfaat penting dalam pengendalian pandemi Covid-19 di negara kita,” pungkas Tjandra.