PLN Akan Gunakan EBT Sebesar 20,9 Gigawatt di Tahun 2030
Berita Baru, Jakarta – Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo menyatakan PLN akan terus meningkatkan penggunaan energi bersih dalam kegiatan penyediaan listrik. Sampai dengan tahun 2030, pembangkit listrik berbasis energi baru terbarukan (EBT) akan terus diperbanyak.
Berdasarkan Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) 2021-2030, porsi pembangkit listrik berbasis energi baru terbarukan (EBT) yang akan dibangun selama periode tersebut mencapai 20,9 gigawatt atau sekitar 51,6% dari total tambahan pembangkit listrik baru nantinya.
Darmawan menyebut pemerintah bersama PLN melakukan langkah mitigasi untuk mengurangi emisi dengan menerapkan transisi energi secara bertahap. Saat ini, PLN sudah memulai mengurangi pengoperasian PLTU yang menggunakan batu bara.
Dicanangkan pada tahun 2025 penggantian PLTU kapasitas 1,1 gigawatt menjadi pembangkit EBT. Lalu berlanjut 5 tahun berikutnya PLN akan memensiunkan PLTU kapasitas 1 gigawatt.
“RUPTL tahun 2021 sampai tahun 2030 Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik ini adalah RUPTL yang terhijau yang terbersih dalam sejarah Indonesia dan sejarah PLN. Sampai dengan tahun 2030 ada penambahan 20,9 gigawatt pembangkit listrik berbasis pada energi baru terbarukan,” jelas Darmawan dalam acara SOE International Conference di Nusa Dua, Bali, Senin (17/9/2022).
Darmawan menyebut PLN bakal mengoptimalkan berbagai jenis EBT untuk menyediakan listrik yang lebih bersih. Beberapa sumber energi, seperti tenaga hidro, panas bumi, angin, surya, dan lainnya bakal diberdayakan untuk menurunkan jejak karbon.
“Dalam proses ini apakah sudah cukup? Kami merasa belum cukup. Untuk itu kami juga melontarkan suatu program pensiun dini dari pembangkit listrik tenaga batu bara baik itu sebelum 2030 maupun itu setelah 2030,” cetus Darmawan.
Ia menegaskan upaya transisi energi ini merupakan kepedulian PLN pada keberlanjutan lingkungan. Menurutnya perubahan iklim adalah masalah global yang mesti ditanggulangi secara bersama-sama oleh seluruh pihak.
“Ini adalah suatu global problem, global climate change. Emisi 1 ton karbon baik itu di Tokyo, maupun itu di Jakarta, mau itu di Paris, mau itu di Kuala Lumpur maupun di Washington DC, dampaknya sama,” papar Darmawan.
“Untuk itu bagaimana PLN BUMN menangani masalah ini tentu saja menggunakan global effort, kita berkolaborasi. Baik itu kolaborasi secara strategi, secara kebijakan, kolaborasi secara inovasi, kolaborasi secara teknologi, kolaborasi secara investasi ini baik itu domestik, regional, maupun internasional. Dan itu adalah spirit dari SOE International ini,” ujar Darmawan.