Pilpres Afghanistan Berdarah; Sebanyak 85 Orang Meninggal
Berita Baru, Internasional – Sebanyak 85 orang meninggal dan 373 lainnya terluka selama masa pilpres di Afghanistan yang telah berlangsung kurang lebih tiga bulan.
Dikutip dari AFP, Rabu (16/10), Misi Bantuan Perserikatan Bangsa-Bangsa di Afghanistan (UNAMA) melaporkan jumlah korban tersebut didata pada periode 8 Juni hingga 30 September lalu.
Total korban ini juga meliputi 29 korban tewas dan 249 korban luka yang tercatat saat hari pemilihan, serta 21 korban tewas dan 50 korban luka dalam serangan terhadap kantor milik Amrullah Saleh, pesaing Ashraf Ghani dalam pilpres, pada 28 Juli lalu. Lebih dari sepertiga korban diketahui merupakan anak-anak.
Meski angka kematian cukup tinggi, tetapi petugas keamanan Afghanistan menyatakan proses pilpres sukses karena pasukan Taliban gagal melancarkan serangan berskala besar.
Serangan itu meliputi penggunaan roket, bom granat serta bom rakitan yang diletakkan di beberapa tempat pemungutan suara (TPS) termasuk sekolah-sekolah.
“Berbagai serangan ini yang disertai dengan pernyataan publik dari Taliban menunjukkan ada kampanye yang direncanakan untuk mengganggu proses pilpres dan mencabut hak masyarakat Afghanistan untuk berpartisipasi di dalam proses politik secara bebas dan tanpa ketakutan,” kata perwakilan khusus sekjen PBB untuk Afghanistan, Tadamichi Yamamoto.
Jumlah korban dalam pilpres tersebut merupakan peningkatan substansial dari pemilihan parlemen yang diadakan tahun lalu. Saat itu jumlah korban mencapai 226 orang tewas dan 781 luka-luka.
Badan-badan terkait belum menyatakan jumlah keikutsertaan masyarakat dalam pilpres. Namun, terlihat bahwa partisipasi masyarakat dalam pilpres putaran pertama masih rendah.
Hal itu disebabkan karena sebagian masyarakat memilih untuk menghindari lokasi pilpres karena khawatir terhadap serangan Taliban di beberapa TPS. Di sisi lain, masyarakat pesimis dengan hasil pilpres karena masih terbuka kemungkinan kecurangan dalam penghitungan suara secara sistematis dalam skala besar.
Komisi Pemilihan Independen berkeras pihaknya memiliki sistem untuk menangkal kecurangan, termasuk menggunakan verifikasi biometrik. Sistem itu diklaim akan membuat pilpres tahun ini menjadi yang paling bersih.
Hasil awal pilpres dengan kandidat petahana Ashraf Ghani dan Kepala Eksekutif Abdullah Abdullah rencananya akan diumumkan pada Sabtu mendatang, meski muncul saran dari para pejabat untuk menjadwalkan ulang hingga beberapa hari ke depan.
Jika dalam putaran pertama itu tidak ada yang menang dengan mayoritas 50 persen lebih dari total suara, maka pemilihan akan dilanjutkan ke putaran kedua.
Sumber : CNN