Piknik Bebas Plastik: Kampanye Kurangi Sampah Plastik di Indonesia
Berita Baru, Jakarta – Dalam rangka memperingati Plastic Free July, Pawai Bebas Plastik mengadakan acara istimewa yang berbeda dari tahun-tahun sebelumnya. Untuk tahun kelimanya, alih-alih melakukan parade di Car Free Day Jakarta, Pawai Bebas Plastik kali ini menyelenggarakan Piknik Bebas Plastik, sebuah kegiatan yang bertujuan untuk lebih mendekatkan diskusi tentang isu polusi plastik dengan audiens.
Pawai Bebas Plastik didorong oleh kekhawatiran atas dampak sampah plastik di Indonesia, yang tidak hanya mengancam lingkungan darat tetapi juga mencemari laut. Data menunjukkan bahwa plastik sekali pakai berdampak buruk pada kesehatan manusia dan lingkungan. Untuk mengatasi masalah ini, Indonesia menargetkan pengurangan sampah plastik sebesar 70 persen pada tahun 2025.
Piknik Bebas Plastik kali ini melibatkan berbagai kegiatan seperti talkshow, workshop, showcase, dan pertunjukan seni. Talkshow membahas isu-isu terkait plastik seperti dampaknya terhadap kesehatan, iklim, dan masyarakat adat, serta produksi plastik dari industri minyak dan gas.
Abdul Ghofar, Manajer Kampanye Polusi dan Urban WALHI, menekankan perlunya solusi dari hulu. “Perlunya solusi mengatasi krisis sampah plastik ini mulai dari awal produksi plastik dengan pengurangan produksi plastik di hulu. Inisiatif yang hanya berfokus pada pengurangan sampah di hilir tidak akan selesai jika keran produksi plastik dikurangi,” ujarnya.
Ibar Akbar, Plastics Project Leader Greenpeace Indonesia, menambahkan, “Tanggung jawab produsen atas sampah plastik sangat diperlukan, tidak hanya fokus ke hilir, tapi juga hulu ketika plastik pertama kali diproduksi. Saat ini baru 18 produsen yang telah mengimplementasikan pilot project Permen LHK No. 75 tahun 2019 tentang Peta Jalan Pengurangan Sampah oleh Produsen.”
Menurut laporan OECD-Global Plastics Outlook, penggunaan plastik global diproyeksikan akan meningkat tiga kali lipat antara tahun 2019 dan 2060. Data tahun 2023 menunjukkan bahwa beberapa Tempat Pembuangan Akhir (TPA) seperti di Piyungan Yogyakarta mengalami kebakaran dan masalah overload.
Solusi guna ulang menjadi fokus penting dalam hierarki pengelolaan sampah. Swietenia Puspa Lestari, Direktur Eksekutif Divers Clean Action (DCA), mengungkapkan, “Solusi guna ulang tidak hanya dapat dilakukan di area perkotaan saja, namun juga di pulau-pulau kecil. Divers Clean Action menerapkan pilot project isi ulang di Kepulauan Seribu dengan kemitraan lokal.”
Adithiyasanti Sofia, Manager Komunikasi Dietplastik Indonesia, menjelaskan, “Piknik Bebas Plastik menjadi contoh acara publik yang menggunakan protokol guna ulang. Protokol ini mengharuskan peserta tidak menggunakan kemasan plastik sekali pakai dan memfasilitasi penggunaan tempat makan sendiri serta tempat pencucian alat makan.”
Pawai Bebas Plastik yang merupakan bagian dari kampanye global #PlasticFreeJuly, mengajak berbagai organisasi, komunitas, dan masyarakat untuk bersama-sama menangani krisis plastik di kota-kota lainnya dengan mengurangi penggunaan plastik sekali pakai.