Pengidap Asma Lebih Kecil Kemungkinannya Tertular Covid-19
Berita Baru , Israel – Menurut riset, individu pengidap asma 30 persen lebih kecil kemungkinannya untuk tertular covid-19.
Dilansir dari Dailymail.co.uk , Dalam studi uji kohort yang beranggotakan sebanyak 37.000 orang, para ahli peneliti di Israel menemukan proporsi pengidap asma yang lebih tinggi dalam kelompok yang dites negatif untuk virus corona daripada mereka yang dites positif.
Hal ini menunjukkan bahwa berbagai faktor yang berkaitan dengan kondisi paru-paru umum entah bagaimana meniadakan efek virus atau mencegahnya untuk berkembang biak.
Penulis penelitian membuat kesimpulan itu bisa jadi berkat obat anti-inflamasi yang disebut kortikosteroid, biasanya berupa inhaler yang digunakan apabila asma kambuh.
Namun tim menekankan, bagaimanapun, bahwa pasien asma harus terus minum obat yang direkomendasikan selama pandemi apabila mengalami gejala covid-19 .
“ Sebelumbnya asma pada saluran bronkial belum diperiksa secara memadai untuk penyakit coronavirus 2019 (Covid-19), ” kata tim dari Universitas Tel-Aviv di Tel-Aviv, Israel, pada Rabu (2/12).
“ Kami mengamati kerentanan Covid-19 yang lebih rendah pada pasien dengan pengidap asma, seperti yang sudah ada sebelumnya. ”
Para peneliti menyarankan tiga teori utama mengapa orang dengan gangguan asma cenderung tidak dites positif Covid-19, seperti yang dijelaskan oleh penulis studi Dr Eugene Merzon kepada Jerusalem Post.
Teori pertama, perbedaannya mungkin sosiologis, karena orang-orang dengan kondisi pernapasan yang sudah ada sebelumnya secara khusus telah diperingatkan dengan intens tentang bahaya mengekspos diri mereka sendiri terhadap virus, debu maupun alergen lainnya, mereka (pengidap asma) sudah sangat waspada.
Penelitian oleh NHS, misalnya, mencantumkan orang dengan asma parah berada berisiko tinggi dari komplikasi yang disebabkan oleh infeksi virus corona dan orang dengan asma yang tidak terlalu parah berada pada risiko sedang.
Oleh karena itu, orang dengan asma lebih cenderung sudah lama mematuhi instruksi Kementerian Kesehatan, termasuk memakai masker, menjaga jarak sosial dan menjaga kebersihan yang baik, saran penulis.
Teori kedua berkaitan dengan angiotensin-converting enzyme 2 (ACE2), enzim yang melekat pada membran sel sel yang terletak di arteri, paru-paru, dan organ lain, dan ini dikenal sebagai pintu gerbang untuk infeksi virus corona.
Enzim ACE2 pada dasarnya adalah reseptor di permukaan sel yang mengikat virus corona dan memungkinkannya masuk dan menginfeksi sel.
Tetapi kondisi pernapasan seperti asma dikaitkan dengan penurunan signifikan dalam ekspresi dari enzim ACE2, yang berarti kemungkinan infeksi virus akan lebih kecil.
Terakhir, inhalasi kortikosteroid (ICS), terapi pengobatan dan pencegahan lini pertama untuk pasien dengan asma yang persisten. Dengan pengobatan ini juga dapat mengurangi ekspresi enzim ACE2 masuk reseptor SARS-CoV-2, seperti yang disarankan oleh penelitian sebelumnya tahun ini.
Namun, apakah dan bagaimana terapi ICS yang umum digunakan mempromosikan atau melindungi terhadap infeksi oleh SARS-CoV-2 ? inilah pertanyaan pentingnya.
Untuk studi baru ini, para peneliti mengambil data dari database dana kesehatan nasional dari sebanyak 725.000 anggota milik penyedia layanan kesehatan Israel, Leumit Health Services, di mana sebagian besar penulis studi disini tergabung.
Secara khusus, mereka mengamati total 37.469 subjek yang diuji Covid-19 dari Februari hingga Juni 2020.
Secara keseluruhan, 2.266 orang, atau 6 persen dari total sampel, dinyatakan positif mengidap penyakit tersebut.
Asma ditemukan pada 153 (6,75 persen) subjek dalam kelompok Covid-19-positif dan pada 3,388 (9,62 persen) dari kelompok Covid-19-negatif.
Setelah menyesuaikan faktor jenis kelamin, usia, merokok, dan komorbiditas, tim menemukan hubungan negatif asma dengan kemungkinan positif Covid-19, dengan perbedaan 29 persen.
Para peneliti mengatakan pengamatan mereka bahwa layak untuk direplikasi lebih lanjut dalam sampel yang lebih besar dan dengan pasien dari institusi maupun wilayah lain.
Mereka juga menekankan bahwa staf medis harus terus merawat asma sesuai dengan pedoman dan rekomendasi asma yang ada.