Para Ahli: Mutasi D614G Sangat Menular Tapi Mungkin Kurang Mematikan
Berita Baru, Internasional – Pada hari Selasa (18/8), seorang spesialis penyakit menular, Paul Tambyah, menyimpulkan bahwa mutasi yang semakin umum dari COVID-19 yang ditemukan di Eropa, Amerika Utara, dan sebagian Asia mungkin lebih menular tetapi tampaknya tidak terlalu mematikan.
Paul Tambyah merupakan konsultan senior di National University of Singapore dan presiden terpilih dari International Society of Infectious Diseases.
Tambyah mengatakan kepada Reuters, bahwa bukti menunjukkan proliferasi mutasi D614G di beberapa bagian dunia bertepatan dengan penurunan tingkat kematian, dan karenanya menunjukkan hal itu kurang mematikan.
Virus D614G merupakan salah satu mutasi COVID-19 yang mulai banyak menyerang manusia sejak bulan Juli.
“Mungkin itu hal yang baik untuk memiliki virus yang lebih menular tetapi tidak begitu mematikan,” kata Tambyah.
Lebih lanjut, Tambyah mengatakan sebagian besar virus cenderung menjadi kurang ganas saat bermutasi.
“Ini adalah kepentingan virus untuk menginfeksi lebih banyak orang tetapi tidak membunuh mereka karena virus bergantung pada inang untuk makanan dan tempat berlindung,” imbuhnya.
Mengutip Aljazeera, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan bahwa para ilmuwan menemukan mutasi D614G pada awal Februari dan telah beredar di Eropa dan Amerika, namun tidak ada bukti bahwa D614G menyebabkan penyakit yang lebih parah.
Pada hari Minggu (16/8), Direktur Jenderal Kesehatan Malaysia Noor Hisham Abdullah mendesak kewaspadaan publik yang lebih besar setelah pihak berwenang mendeteksi apa yang mereka yakini sebagai mutasi D614G dari virus korona dalam dua kelompok baru-baru ini.
Apakah Bisa Dihindari Dengan Vaksin?
Sebastian Maurer-Stroh dari Badan Sains, Teknologi, dan Penelitian Singapura mengatakan D614G juga telah ditemukan di beberapa kota-kota di Singapura.
Namun Sebastian mengatakan, karena tindakan penahanan ketat dari pemerintah, penyebaran D614G tidak menyebar dalam skala yang besar di Singapura.
Sementara itu, Noor Hisham mengatakan D614G yang sudah terdeteksi di Malaysia, menurutnya 10 kali lebih menular dan vaksin yang saat ini sedang dikembangkan mungkin tidak efektif melawannya.
Tetapi Tambyah dan Maurer-Stroh mengatakan tetap saj mutasi semacam itu tidak mungkin cukup mengubah struktur inti dari virus. Karenanya, vaksin COVID-19 yang kini sedang dikembangkan di seluruh dunia tetap bisa berpengaruh.
“Variannya hampir sama [dengan COVID-19] dan tidak mengubah area yang biasanya dikenali oleh sistem imun kita, jadi seharusnya tidak ada perbedaan untuk vaksin yang sedang dikembangkan,” kata Maurer-Stroh.
Selain telah dideteksi di Malaysia dan Singapura, pada hari Senin (17/8) Filipina juga melaporkan telah mendeteksi mutasi virus Korona di Metro Manila.
“Mutasi dikatakan memiliki kemungkinan penularan atau penularan yang lebih tinggi, tetapi kami masih belum memiliki cukup bukti kuat untuk mengatakan bahwa itu akan terjadi,” kata Wakil Menteri Kesehatan Filipina Maria Rosario Vergeire.