Beritabaru.co Dapatkan aplikasi di Play Store

 Berita

 Network

 Partner

Neraca Perdagangan Februari Kembali Surplus
Mendag Muhammad Lutfi, Mentan Syahrul Yasin Limpo, dan Menteri BUMN Erick Thohir, serta Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa melepas ekspor produk pertanian di Teluk Lamong, Surabaya, Jatim, Jumat (12/03/2021). (Foto: Humas Kemendag)

Neraca Perdagangan Februari Kembali Surplus



Berita Baru, Jakarta – Menteri Perdagangan (Mendag) Muhammad Lutfi menyampaikan, neraca perdagangan Indonesia pada Februari 2021 kembali mengalami surplus sebesar 2 miliar Dolar Amerika Serikat (AS) dan melanjutkan tren positif bulanan yang terjadi sejak Mei 2020.

Menurut Mendag, surplus perdagangan ini disumbang oleh surplus neraca nonmigas sebesar 2,44 miliar Dolar AS dan defisit neraca migas sebesar 0,44 miliar Dolar AS.

Komoditas penyumbang surplus antara lain bahan bakar mineral, lemak dan minyak hewan/nabati, besi dan baja, karet dan produk dari karet, serta alas kaki. Sementara itu, negara-negara mitra dagang utama Indonesia, seperti AS, Filipina, India, Malaysia, dan Belanda menyumbang surplus nonmigas terbesar selama Februari 2021 yaitu mencapai 2,6 miliar Dolar AS.

“Surplus neraca perdagangan Indonesia Februari 2021 lebih baik dibanding periode Februari 2019 yang mengalami surplus sebesar 0,32 miliar Dolar AS, meskipun lebih rendah dibandingkan dengan Februari 2020. Selain itu, surplus pada Februari 2021 menunjukkan perbaikan neraca perdagangan dikarenakan terjadi kenaikan ekspor yang lebih tinggi dibandingkan impor,” kata Mendag.

Secara kumulatif, lanjutnya, neraca perdagangan Januari—Februari 2021 mengalami surplus 3,96 miliar Dolar AS, melebihi surplus perdagangan periode Januari—Februari 2020 yang hanya mencapai 1,88 miliar Dolar AS. Surplus perdagangan pada sektor nonmigas sebesar 5,08 miliar Dolar AS pada Januari—Februari mampu menutupi defisit perdagangan migas yang mencapai 1,11 miliar Dolar AS.

Sementara itu, kinerja ekspor Indonesia pada Februari 2021 mencapai 15,27 miliar Dolar AS, naik 8,56 persen dibanding bulan yang sama tahun sebelumnya (year-on-year/YoY). Hal ini karena ekspor nonmigas Februari 2021 meningkat sebesar 8,67 persen. Bahkan, nilai ekspor nonmigas Februari 2021 tersebut lebih tinggi dibandingkan periode yang sama selama 12 tahun terakhir.

Namun demikian, kinerja ekspor Februari 2021 terkoreksi 0,19 persen jika dibandingkan Januari 2021 (month-over-month/MoM). Penurunan tersebut disebabkan adanya penurunan ekspor sektor migas sebesar 2,63 persen (MoM) dan penurunan ekspor nonmigas sebesar 0,04 persen (MoM).

“Meskipun kinerja ekspor Februari 2021 terkontraksi, namun terdapat beberapa produk ekspor nonmigas Indonesia yang mengalami peningkatan signifikan karena masih ditunjang kenaikan harga komoditas internasional. Produk ekspor yang mengalami peningkatan harga internasional adalah komoditas perkebunan seperti minyak kelapa sawit, karet dan produk dari karet, serta komoditas pertambangan seperti timah dan tembaga,” terang Lutfi.

Mendag menambahkan, ekspor nonmigas Indonesia ke kawasan pasar negara berkembang (emerging markets) dan ekonomi berkembang (developing economies) juga mengalami pertumbuhan yang signifikan.

“Pada Februari 2021, ekspor nonmigas ke kawasan Asia Tengah meningkat sebesar 84,29 persen (MoM), diikuti kawasan Amerika Tengah sebesar 39,05 persen (MoM), dan Asia Barat sebesar 37,04 persen (MoM). Kondisi ini menunjukkan bahwa pasar ekspor nonmigas mulai terdiversifikasi,” jelasnya.

Lebih jauh Mendag mengungkapkan, pada periode Januari—Februari 2021, ekspor seluruh sektor mengalami peningkatan. Peningkatan ekspor tertinggi terjadi pada sektor pertambangan yang naik 12,2 persen (YoY), diikuti kenaikan ekspor sektor industri naik 10,3 persen, dan sektor pertanian naik 8,8 persen. Sementara  ekspor sektor migas naik 7,6 persen.

Selain itu, secara keseluruhan peningkatan ekspor nonmigas selama periode tersebut juga dipicu meningkatnya ekspor ke sepuluh negara utama. Peningkatan ekspor nonmigas tertinggi terjadi ke pasar Tiongkok dengan pertumbuhan sebesar 50,5 persen, diikuti Pakistan yang naik 33,6 persen, dan Australia naik 32,3 persen.