Mobil INCAR E-Tilang ‘Resahkan’ Masyarakat Sumenep
Berita Baru, Sumenep – Sepekan terakhir masyarakat di Kabupaten Sumenep resah dengan adanya model patroli gaya baru Satlantas Polres Sumenep.
Pasalnya, mobil patroli Polres itu dilengkapi kamera pendeteksi pelanggar lalu lintas atau kamera Integrated Node Capture Attitude Record (INCAR).
Banyak masyarakat yang tanpa sadar terkena tilang elektronik (E-Tilang) mobil INCAR ini. Tidak hanya menyisir di wilayah kota, mobil patroli ini juga masuk ke jalan-jalan kecamatan.
Salah seorang warga Kecamatan Gapura bernama Adi mengaku, dirinya dan sebagian besar warga desa resah dengan patroli gaya baru tersebut.
Adi menyadari, masyarakat desa memang banyak yang melanggar aturan berkendara seperti tidak memakai helm saat berkendara.
Namun menurutnya, warga punya alasan. Di antaranya karena warga hanya pergi ke sawah atau pergi ke toko yang tidak jauh dari rumahnya.
“Masak warga yang hendak pergi ke sawah yang tidak jauh dari rumahnya, baik mau nyabit rumput dan aktivitas lainnya masih direpotkan dengan memakai helm?” ungkap Adi kepada Berita Baru.co, Minggu (12/6).
Kondisi tersebut, lanjut Adi, terkesan bahwa pihak kepolisian mencari kesalahan masyarakat kecil di desa-desa seolah buronan.
“Ada juga warga yang hendak beli-beli ke toko yang tidak jauh dari rumahnya, juga terkena tilang,” tambahnya.
Lebih lanjut Adi menilai, sejauh ini Polres Sumenep kurang dalam melakukan sosialisasi E-tilang dengan mobil patroli yang dilengkapi kamera INCAR.
“Sebagai warga desa, cara patroli itu benar-benar meresahkan. Saya menilai, ini cara lain pihak kepolisian ‘merampok’ masyarakat kecil. Apalagi, masyarakat belum menerima sosialisasi apapun terkait tilang elektronik ini,” tegasnya.
Adi pun berharap, pihak terkait dapat mengevaluasi pelaksanaan patroli gaya baru itu. “Sebaiknya dievaluasi. Itu yang harus dilakukan,” katanya.
Sebab, lanjut Adi, kalau kena tilang elektronik di wilayah kota, masyarakat bisa menerima.
“Ini masyarakat hendak ke sawah dan pergi ke toko, dan atas kondisi ini warga merasa diteror, banyak warga hendak pergi ke sawah balik lagi karena takut,” pungkansya.