Menteri Kesehatan Jerman: Ancaman Trump kepada WHO Masuk Akal
Berita Baru, Internasional – Pada hari Selasa (19/5), Presiden Trump mengancam akan membekukan secara permanen pendanaan AS dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) jika WHO gagal ‘berkomitmen untuk perbaikan substantif besar dalam 30 hari ke depan.’
Mengomentari hal itu, Menteri Kesehatan Jerman Jens Spahn berpendapat bahwa keputusan dari Presiden Trump itu masuk akal tetapi waktunya tidak tepat karena bisa merusak WHO di masa pandemi COVID-19 yang masih berlangsung.
“Di tengan krisis, ketika Anda ingin memadamkan api, Anda tidak mungkin melakukannya dengan mereformasi pemadam kebakaran. Pertama, kita harus menghadapi krisis [COVID-19] dulu, baru kemudia bicara tentang reformasi WHO,” tulis Spahn mengutip Financial Times pada hari Minggu (24/5).
Spahn mengingatkan bahwa WHO memang rentan terhadap pengaruh dari salah satu anggota. Banyak negara-negara juga tampaknya kurang menyukai sikap dari WHO, namun itu bukan berarti kita tidak membutuhkan WHO lagi.
Dalam mengomentari pernyataan Presiden Trump itu, Spahn tidak menyebut China ketika ia mengatakan bahwa memang ‘WHO perlu mereformasi tata kelola akuntabilitasnya’. Namun ia menegaskan bahwa sangat perlu untuk mencari tahu ke mana perginya uang itu.
Jens Spahn mengakui bahwa ia akan sangat menyesal jika AS secara permanen keluar dari WHO sembari ia menyebutkan kontribusi penting Washington terhadap kerja dari WHO.
“Tentu saja AS, Jerman, Eropa – kita bisa melakukan banyak hal sendiri. Tetapi ada banyak negara di dunia yang tidak bisa. Mereka membutuhkan dukungan dan mereka harus mendapatkannya. Jika Ebola pecah di bagian lain di dunia, maka kita tidak lagi bisa mengendalikannya,” tegas Spahn.
AS Secara Resmi Akan Membekukan Pendanaan WHO Secara Permanen
Pekan lalu, Presiden Trump membagikan surat ‘jelas’ yang dia kirimkan kepada ketua WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus melalui akun Twitter resminya.
Dalam surat itu, Presiden Trump mengancam akan membekukan pendanaan WHO AS secara permanen dan mempertimbangkan akan menarik diri dari keanggotaan WHO jika WHO tidak berkomitmen untuk melakukan perbaikan substantif besar dalam 30 hari ke depan.
Presiden Trump mengeluarkan ancaman itu karena ia menganggap WHO telah mengabaikan laporan terpercaya mereka tentang penyebaran virus di Wuhan yang bertolak belakang sekali dengan laporang dari pemerintahan China.
“Satu-satunya jalan yang harus diambil oleh WHO adalah mereka hrus benar-benar dapat menunjukkan kemerdekaannya dari China,” tulis Presiden Trump dalam suratnya.
Selain Presiden Trump, Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo juga menyalahkan China karena menipu dan memanipulasi data COVID-19 di awal penyebarannya di Wuhan dan menunjukkan ‘bukti besar’ bahwa COVID-19 adalah berasal dari laboratorium di Wuhan yang lepas.
Tuduhan dari AS, baik oleh Presiden Trump atau Mike Pompeo berulang kali dibantah oleh China yang lebih menyerukan agar AS lebih menangani urusan dalam negerinya terlebih dahulu daripada menuduh.
WHO juga berulang kali menyatakan bahwa tidak ada bukti yang menunjukkan virus korona dibuat di laboratorium.
Selain itu, Direktur Institut Virologi Wuhan Wang Yanyi juga membantah tuduhan dari AS itu dan menyebut tuduhan itu sebagai ‘fabrikasi murni.’
Titah Pribadi Presiden Trump Untuk Menghentikan Pendanaan AS untuk WHO
Pada bulan April, secara pribadi, Presiden Trump mengumumkan bahwa pendanaan AS untuk WHO akan dihentikan dengan alasan bahwa WHO merupakan “Cina-sentris”.
Presiden Trump juga mengumumkan masa penangguhan 60 hingga 90 hari sambil menunggu selesainya penyelidikan terhadap tindakan WHO dan China selama masa awal berlangsungnya pandemi.
Keputusan itu dikritik keras oleh badan kesehatan PBB dan komunitas internasional. Bahkan Kamar Dagang AS mengklaim bahwa Presiden Trump telah membahayakan kepentingan AS sendiri.
Selain itu, Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres juga mengomentari ancaman Presiden itu dengan mengatakan bahwa bukan saatnya untuk memberikan ancaman dengan mengurangi sumber daya bagi WHO ketika masih dalam perang melawan virus.
Sumber | Sputnik News |