Mendikbud Nadiem Klaim Sudah Menyusun Kurikulum Darurat di Tengah Pandemi
Berita Baru, Jakarta — Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nadiem Makarim mengungkapkan bahwa pihaknya sudah menyusun kurikulum darurat di tengah situasi pandemi Covid-19.
Menurut Nadiem, kurikulum darurat yang sudah dipersiapkan yaitu Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) untuk jenjang PAUD, SD, SMP, hingga SMA/SMK.
“Kami telah menyusun kurikulum darurat yaitu penyederhanaan kompetensi dasar yang ditunggu-tunggu guru,” kata Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Nadiem Makarim, Jumat (7/8).
Dalam konferensi pers yang digelar secara daring itu, Nadiem juga mengatakan kurikulum darurat tersebut memiliki standar pencapaian dan kompetensi dasar yang lebih sederhana dengan kompetensi yang esensial.
“Jadi ada dua komponen kurikulum darurat, yang pertama penyederhanaan secara massif kompetensi dasar dan standar pencapaian. Kedua, modul pembelajaran spesifik yang bisa dilakukan di dalam rumah untuk jenjang SD dan PAUD,” ungkapnya.
Nadiem mengaku, untuk level PAUD dan SD, telah disiapkan modul pembelajaran spesifik yang bisa dilakukan di rumah. Dia berharap, dengan adanya modul tersebut orang tua siswa dapat mendampingi proses belajar anak di rumah selama pandemi Covid-19.
Bahkan menurut Nadiem, kurikulum darurat yang dibentuknya berisi pengurangan kompetensi dasar untuk setiap mata pelajaran. Sehingga, lanjutnya, akan lebih fokus pada kompetensi yang esensial dan kompetensi yang menjadi prasyarat kelanjutan pembelajaran ke tingkat selanjutnya.
Meski Kemendikbud sudah mempersiapkan kurikulum darurat, Nadiem menegaskan bahwa pihaknya tidak mewajibkan seluruh sekolah untuk mengikutinya. Menurut Dia, bagi sekolah-sekolah yang sudah terlanjur melakukan penyederhanaan kurikulum secara mandiri tidak perlu khawatir.
“Ingin saya tekankan bahwa satuan pendidikan tidak wajib mengikuti kurikulum darurat ini, mereka boleh kalau masih merasa nyaman menggunakan kurikulum nasional 2013, silakan,” ujar Nadiem.
Selain itu, Nadiem menambahkan agar penerapan kurikulum darurat dapat berjalan dengan efektif, pihaknya juga melakukan relaksasi kepada tenaga pengajar.
“Artinya, Guru tidak perlu memenuhi beban kerja 24 jam tatap muka dalam satu pekan. Harapannya dapat lebih fokus memberikan pelajaran yang interaktif,” terangnya.