Kritik Menakjubkan Fotografer Fabrice Monteiro: Arwah yang Muncul dari Gunung Sampah di Senegal
Berita Baru, Internasional – Di luar Dakar, ibu kota Senegal, Afrika Barat, terdapat tempat pembuangan sampah dengan namanya sendiri: Mbeubeuss. Tanah yang dulunya merupakan rawa-rawa datar, dan sejak 1968 mulai digunakan untuk tempat pembuangan sampah.
Fabrice Monteiro, seorang fotografer kelahiran Belgia dan dibesarkan di afrika mengatakan: “Ini bukan Afrika tempat saya dibesarkan. Sebagai seorang anak yang besar di sini pada 1970-an dan 80-an, kondisinya tidak seperti ini. Tetapi ketika saya kembali pada tahun 2012, saya terkejut dengan apa yang saya temukan.”
Di Senegal, seperti dilansir dari The Guardian, sampah berhamburan di mana-mana, ada sampah plastik di mana-mana – di pinggir jalan, di pepohonan, di mana-mana.
Menurut Monteiro, generasi muda hari ini tidak tahu bagaimana Senegal dahulu, mereka hanya bisa melihat Senegal hari ini dengan sampah sebagai lingkungan hidup sehari-hari.
Sejak saat itu, Monteiro memutuskan membuat serial untuk meningkatkan kesadaran akan masalah lingkungan di Senegal, dengan harapan orang-orang akan menyadari bahwa hidup seharusnya tidak seperti itu. Monteiro, ingin menghubungkan isu-isu lingkungan dengan kepentingan budaya penduduk, dan mulai meneliti animisme – kepercayaan bahwa benda-benda dan dunia alam dipenuhi dengan roh.
Animisme terhubung dengan alam, di mana kepercayaan itu sangat memuliakan alam dalam semua elemennya yang berbeda, bekerja dengannya bukan melawannya, dan hidup selaras dengannya. Etika itu, menurut Monteiro telah banyak hilang dengan adanya globalisasi dan cara hidup modern.
Dengan seri itu, Monteiro melakukan pemotretan yang bertujuan untuk membuat serangkaian roh yang dikirim oleh Ibu Pertiwi untuk memperingatkan umat manusia tentang pengabaian dan perusakan lingkungan.
Setiap pemotretan dalam seri ini membahas satu masalah lingkungan: erosi pantai, tumpahan minyak, sanitasi, dan pembakaran lahan untuk pertanian, misalnya. Tapi gambar pertama yang dibidik oleh Monteiro untuk seri ini, adalah tentang konsumsi plastik.
“Ini adalah masalah global. Satu-satunya alasan Eropa tidak terlihat seperti ini adalah karena ia mengirimkan limbahnya kepada kami,” katanya.
Monteiro mendesain sebuah gaun yang terhubung dengan gunung sampah yang, akan tampak seperti roh yang muncul dari tumpukan sampah di Senegal.
“Saya berkolaborasi dengan stylist Senegal bernama Doulsy yang telah bekerja dengan bahan daur ulang dan dapat menjahit hampir semua hal: dia adalah orang yang sempurna untuk membuat kostum ini,” ucap Monteiro.
Dalam bayangannya, seorang model akan duduk di atas tong minyak untuk memberikan efek ketinggian pada sosok itu, kemudian membuat sesuatu yang tampak seperti editorial mode.
“Tapi lebih dari segalanya, gambar ini adalah pesan: model itu memegang boneka anak-anak, melihat ke reruntuhan. Ini mewakili generasi masa depan yang kita kutuk untuk bencana lingkungan melalui konsumsi berlebihan kita,” tambahnya.
Awalnya, Monteiro hanya berniat membuat 10 gambar saja yang akan diambil di Senegal, dan dibagikan kepada orang-orang di sana. Tetapi setelah rancangannya selesai ia mengatakan bahwa “Rasanya seperti saya menarik perhatian ke Afrika karena alasan yang salah. Saya khawatir itu membuat benua itu terlihat sangat tercemar, seolah-olah ini bukan masalah di seluruh dunia. Satu-satunya alasan Eropa tidak terlihat seperti ini adalah karena ia mengirimkan limbahnya kepada kami.”
Kebimbangannya itu membuat Monteiro memutuskan untuk melanjutkan seri dengan membidik objek fotografi di seluruh dunia, dari Australia dan perusakan terumbu karang ke AS dan kerusakan yang ditimbulkan oleh penambangan batu bara.
“Pekerjaan saya selalu merupakan campuran dari hal-hal yang berbeda, semacam perpaduan dari berbagai disiplin ilmu dan budaya yang dilambangkan dalam kata Prancis métissage. Saya orang Eropa dan saya orang Afrika. Saya tumbuh dalam budaya yang sangat dipengaruhi oleh voodoo, sambil juga membaca komik barat. Saya seorang fotografer fashion tetapi saya juga seorang insinyur industri. Karya saya mewakili semua itu.”
“Di semua yang saya lakukan, saya tertarik pada identitas dan bagaimana kita memisahkan diri dari mereka yang kita anggap “lain”. Sepanjang sejarah, umat manusia telah menciptakan gagasan tentang yang lain untuk membenarkan eksploitasinya. Ini adalah ide yang penting bagi perbudakan dan kolonialisme. Tapi itu juga merupakan inti dari pendekatan kami terhadap lingkungan. Hanya karena kita melihat diri kita terpisah dari alam, atau lebih tinggi darinya, kita dapat terus memperlakukannya dengan cara ini.”
“Hari ini, orang berbicara tentang era antroposen: istilah geologis untuk waktu di mana alam secara fundamental diubah oleh umat manusia. Tetapi ini menunjukkan bahwa umat manusia secara keseluruhan, bukan sistem kapitalis spesifik yang telah kita ciptakan, adalah masalahnya. Faktanya, sistemlah yang menjadi masalah, dan sistem yang perlu dilawan,” tutup Monteiro tegas.