Komnas HAM Minta Prioritaskan Negosiasi dalam Operasi Pembebasan Pilot Susi Air
Berita Baru, Jakarta – Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) Perwakilan Papua meminta kepada aparat penegak hukum agar operasi pembebasan pilot Philips Mark Merhtens yang disandera oleh Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) di Kabupaten Nduga mengutamakan negosiasi.
Menurut Frits Ramandey, Kepala Kantor Komnas HAM Perwakilan Papua, pihaknya telah bertemu dengan Kapolda Papua, Irjen Pol Mathius Fakhiri, pada 14 April 2023, untuk membahas kasus penyanderaan pilot asal Selandia Baru itu. Namun, setelah dua bulan lebih pilot Philip Mark Marthens ditahan dan berbagai upaya telah dilakukan untuk pembebasannya, belum ada hasil yang berhasil.
“Kini sudah dua bulan lebih pilot Philip Mark Marthens ditahan dan berbagai upaya telah dilakukan untuk pembebasan, namun belum berhasil,” katanya.
Dalam sebuah video yang beredar, KKB juga menyampaikan pesan kepada Komnas HAM Papua terkait permintaan untuk penarikan TNI-Polri dari Bumi Cenderawasih.
“Selain itu, KKB bersedia membebaskan pilot Philips melalui jalur diplomasi sehingga kami meminta agar dalam operasi pembebasan pilot diutamakan negosiasi,” ujarnya.
Oleh karena itu, Komnas HAM Papua meminta agar operasi pembebasan pilot diutamakan melalui jalur negosiasi. Frits Ramandey juga menekankan bahwa ancaman serius terhadap hak hidup sandera dan dampak lainnya dapat mengganggu hak atas rasa aman warga di daerah tersebut.
“Sehingga kami harapkan agar Kapolda Papua memberi perhatian serius pada upaya penegakan hukum untuk kasus kerusuhan di Wamena dan di Dogiyai,” katanya lagi.
Kapolda Papua, Irjen Pol Mathius Fakhiri, mengatakan bahwa pihaknya bersama TNI masih terus melakukan upaya penegakan hukum dengan mengedepankan upaya negosiasi sesuai arahan Presiden Joko Widodo.
Kodam XVII/Cenderawasih juga meminta Komnas HAM Perwakilan Papua, para tokoh agama, dan tokoh masyarakat untuk ikut melakukan upaya negosiasi pembebasan pilot asal Selandia Baru yang disandera KKB di Kabupaten Nduga, Papua Pegunungan.
Penyanderaan pilot ini sudah berlangsung selama dua bulan lebih dan hingga kini belum menemui titik terang. Bahkan, telah menyebabkan korban jiwa, termasuk enam anggota TNI yang gugur di Distrik Mugi, Kabupaten Nduga, Papua Pegunungan pada Sabtu (15/4).