Kim Jong Un: Korut Siap untuk Dialog dan Konfrontasi dengan AS
Berita Baru, Internasional – Pemimpin Korea Utara, Kim Jong-un mengatakan bahwa negaranya perlu bersiap untuk “dialog dan konfrontasi” dengan AS, terutama siap sepenuhnya untuk menghadapi konfrontasi.
Pernyataan tersebut merupakan kali pertama Kim secara langsung mengomentari pemerintahan Presiden Joe Biden.
Korea Utara sebelumnya telah menolak upaya pemerintah AS untuk menjalin komunikasi diplomatik. Namun, Pyongyang berulang kali menolak, dan Dewan Keamanan PBB telah memberlakukan sanksi ekonomi yang ketat terhadap negara Asia Timur itu karena uji coba nuklirnya.
Kim, seperti dilansir dari BBC, membuat pernyataan terakhirnya pada momen pertemuan para pemimpin senior pada hari Minggu di ibu kota Pyongyang.
Menurut laporan media pemerintah KCNA, Kim mengatakan bahwa negaranya harus siaga untuk menghadapi potensi konfrontasi demi melindungi martabat negara dan kepentingannya untuk pembangunan independensi, serta untuk menjamin lingkungan yang damai dan keamanan Korea Utara.
Kim juga mengatakan, Korea Utara akan “dengan tajam dan segera” bereaksi terhadap setiap perkembangan, dan “berkonsentrasi pada upaya untuk mengambil kendali yang stabil atas situasi di semenanjung Korea.”
Awal pekan ini para pemimpin negara-negara G7, termasuk Biden, meminta Korea Utara untuk meninggalkan program nuklir serta misilnya dan melanjutkan dialog.
Sebelum pemilihan AS, Biden menyebut Kim sebagai “preman”, dan beberapa hari sebelum pelantikan Biden, Korea Utara memamerkan kekuatan dengan parade militer besar-besaran yang memamerkan rudal baru.
Pada bulan April, Biden menyebut Korea Utara sebagai “ancaman serius” bagi keamanan global, yang kemudian memicu kemarahan dari Pyongyang. Pyongyang mengatakan pernyataan itu mencerminkan niat Biden untuk “terus menyulut bermusuhan” terhadap Korea Utara.
Sementara itu, baru-baru ini Washington juga telah menyelesaikan tinjauan kebijakan Korea Utara dan mengatakan bahwa AS akan terus bertujuan untuk denuklirisasi lengkap pada akhirnya di semenanjung Korea.
Sekretaris pers Gedung Putih, Jen Psaki, mengatakan bahwa kebijakan AS tidak akan fokus pada pencapaian kesepakatan besar, juga tidak akan bergantung pada kesabaran strategis. AS malah akan mengejar pendekatan praktis yang dikalibrasi secara terbuka untuk tujuan diplomasi dengan Korea Utara, katanya, seraya menambahkan bahwa pihaknya akan fokus untuk membuat kemajuan praktis.
Leif-Eric Easley, profesor studi internasional di Ewha Womans University di Seoul, merangkum pendekatan Biden sebagai pendekatan yang mengoordinasikan keputusan kebijakan Korea Utara dengan sekutu, sambil melakukan keterlibatan diplomatik langkah demi langkah.
“Pemerintah belum menawarkan peta jalan terperinci karena menginginkan fleksibilitas untuk melibatkan Pyongyang kapan dan di mana kemajuan dapat dibuat,” katanya.
“Sementara itu, Washington akan memperkuat pencegahan dengan mengoordinasikan strategi, pelatihan militer, dan pertahanan rudal dengan sekutu,” ujarnya menyudahi.