Ketimbang Corona, NTT Lebih Khawatir Ancaman DBD
Berita Baru, NTT – Ancaman Demam Berdarah Dengue (DBD) di Nusa Tenggara Timur dinilai lebih mengkhawatirkan daripada Coronavirus Disease (Covid-19).
Wakil Gubernur NTT, Josef Nae Soi menyatakan hal utama yang dikhawatirkan di NTT adalah ancaman DBD, meskipun tetap mewaspadai penyebaran virus corona.
Dilansir dari CNN Indonesia, hingga Senin 16 Maret 2020 kasus DBD di NTT sudah menyebabkan 42 orang meninggal.
“Untuk Covid-19 kita perlu waspada, tetapi yang perlu dikhawatirkan saat ini adalah masalah DBD yang saat ini sudah menerjang 22 kabupaten/kota se-NTT,” kata Wagub NTT seperti dikutip dari ANTARA, Kamis (19/3).
Menurut Josef hal ini harus disampaikan mengingat semakin meningkatnya jumlah korban yang meninggal akibat DBD ini. Jumlah korban tertinggi berada di Kabupaten Sikka dengan total korban meninggal 14 orang.
“Kami juga sudah mengimbau kepada sejumlah bupati untuk tidak hanya mencegah masuknya virus Covid-19 tetapi juga menanggani dan mencegah penyebaran nyamuk aedes aegypti yang menyebabkan DBD,” jelasnya..
Josef menyebutkan, masyarakat NTT sudah menyatakan perang melawan DBD, yaitu salah satunya dengan membersihkan lingkungan sekitar dari sampah.
“Saya mau sampaikan juga kepada masyarakat NTT bahwa sampah itu kalau dalam bahas lanti Odi et Amo yang artinya membenci dan mencintai. Kalau kita mencintai sampah berarti kita pungut sampah dan membuang pada tempatnya, penyakit tidak akan datang, tapi kalau kita membenci sampah, kita buang sembarang maka penyakit akan datang ke pada kita,” katanya.
Lebih lanjut, data dari Dinas Kesehatan NTT, bahwa kasus DBD di NTT tercatat hinggal Selasa (17/3) sudah mencapai 3.731 kasus dengan korban meninggal 43 orang.
“Data per hari Selasa (17/3) kemarin kasus kematian terakhir akibat DBD terjadi di Kota Kupang, sehingga sampai saat ini jumlah korban meninggal di NTT totalnya menjadi 43 orang,” kata Sekretaris Dinas Kesehatan NTT David Mandala dikutip dari CNN Indonesia.