Beritabaru.co Dapatkan aplikasi di Play Store

 Berita

 Network

 Partner

Kenang Salim Said, Didik J. Rachbini: Sang Maestro Politik Militer

Kenang Salim Said, Didik J. Rachbini: Sang Maestro Politik Militer



Berita Baru, Jakarta – Rektor Universitas Paramadina, Didik J. Rachbini mengenang mendiang Salim Said sebagai seorang maestro di bidang politik militer dan politik secara luas, dikenal dengan kesadaran intelektual yang tinggi dan ketekunan luar biasa dalam bidang tersebut.

Menurutnya, meskipun dikenal juga sebagai penulis film dan wartawan, namun gairahnya dalam politik militer mengungguli ketertarikannya pada dunia perfileman, terutama setelah menekuni disertasi PhD dan setelahnya.

“Salim Said tidak ikut arus intelektual kekinian, demam scopus, tetapi seluruh pengetahuannya tentang politik militer sangat mendalam dan detail,” ujar Didik J. Rachbini, sahabat dekatnya. Gaya investigatif ala majalah Tempo yang menggabungkan riset kualitatif mendalam dengan wawancara investigatif, menjadi ciri khas dari karya-karyanya.

Kesadaran politik Salim Said juga sangat kuat dan sejalan dengan nasionalismenya. Dalam setiap analisisnya tentang politik Indonesia, ia selalu menempatkan posisi ideologi yang berkembang sejak Orde Lama: kelompok kiri, nasionalis, dan Islam. Dalam diskusi pribadi dengan Didik J. Rachbini tentang pemikiran Cak Nur, Salim Said menyebut bahwa pandangan “Islam yes partai Islam no” adalah bentuk pembebasan bagi warga muslim di Indonesia untuk berpolitik tanpa harus memilih partai Islam.

Koleksi bukunya yang mencapai ribuan merupakan harta berharga bagi Salim Said. “Saya sudah tua dan buku-buku ini tidak ada pewarisnya. Saya perlu konsultasi agar buku ini aman, berguna, dan manfaat untuk siapa saja,” kata Salim Said kepada Didik pada akhir tahun 2022. Sebagian dari koleksi tersebut telah diserahkan ke Perpustakaan Nasional dan Universitas Islam Indonesia (UII) Yogyakarta, yang kemudian diberi nama Salim Said Corner.

Pada usia hampir 80 tahun, Salim Said menyadari pentingnya menjaga kekayaan intelektualnya agar bermanfaat bagi generasi mendatang. “Ribuan buku akademik bermutu itu tersimpan rapi di UII, Salim Said Corner, Perpustakaan Pusat dan pasti bermanfaat secara akademis,” ungkap Didik J. Rachbini. Ia berharap bahwa akademisi senior lainnya dapat meniru langkah Salim Said dalam mewariskan koleksi buku mereka.

Namun, Salim Said juga pernah kecewa dengan kecilnya pensiun sebagai dubes, yang berada di bawah gaji buruh kasar. “Sempat berharap saya membantu untuk menjadi penasihat perusahaan media agar nilai jurnalisme di media itu ada bobotnya, sekaligus bisa menjadi tambahan membeli obat untuk komplikasi sakitnya,” kenang Didik.

Salim Said, dengan pengetahuan mendalamnya tentang politik militer di Indonesia dan negara lain, merupakan seorang intelektual yang dihormati. Kisah hidupnya adalah perjalanan seorang maestro intelektual yang meninggalkan warisan berharga bagi bangsa.