Kemenkes: 95 Persen Kasus Rabies di Indonesia Ditularkan Gigitan Anjing
Berita Baru, Jakarta – Kementerian Kesehatan (Kemenkes) menyatakan bahwa 95 persen kasus penularan rabies pada manusia di Indonesia sejauh ini disebabkan oleh gigitan anjing.
“95 persen kasus rabies pada manusia didapatkan lewat gigitan anjing yang terinfeksi,” kata Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Imran Pambudi lewat siaran pers, dikutip Minggu (4/6).
Menurut Imran, hewan yang bisa menularkan rabies kepada manusia sebenarnya bukan hanya anjing. Ada beberapa jenis hewan lainnya yang bisa menularkan lewat gigitan.
Akan tetapi, jika merujuk kasus rabies di Indonesia sejauh ini, sebagian besar disebabkan oleh gigitan anjing.
“Ada juga beragam hewan liar yang bertindak sebagai reservoir virus di berbagai benua seperti rubah, rakun, dan kelelawar, tapi 95 persen karena gigitan anjing,” ujar Imran.
Kemenkes mencatat hingga April 2023 sudah ada 31.113 kasus gigitan hewan penular rabies, 23.211 kasus gigitan yang sudah mendapatkan vaksin anti rabies, dan 11 kasus kematian di Indonesia.
Disebutkan Imran, sebagian besar kematian akibat rabies itu disebabkan karena terlambat dibawa ke fasilitas kesehatan (Faskes). Menurutnya, mereka datang ke faskes di atas satu bulan setelah mengalami gigitan.
“Rata-rata mereka baru panik pergi ke Faskes setelah tahu anjing yang menggigitnya itu mati. Jadi yang harus dilakukan jika digigit anjing yang pertama adalah harus segera mungkin pergi ke Faskes untuk dilakukan uji luka,” tutur Imran.
Imran mengatakan saat ini ada 25 provinsi yang menjadi endemis rabies. Namun hanya delapan provinsi yang bebas rabies yakni Kepulauan Riau, Bangka Belitung, DKI Jakarta, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Jawa Timur, Papua Barat, dan Papua.
Status kejadian luar biasa (KLB) rabies di Indonesia, kata dia, sudah ditetapkan di dua kabupaten yaitu Kabupaten Sikka, Nusa Tenggara Timur (NTT) dan Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS).
Ia menjelaskan situasi rabies di Indonesia sejak 2020 hingga April 2023, rata-rata per tahun ada 82.634 kasus gigitan. Kemudian vaksin anti rabies telah diberikan hampir mencapai 57.000.
“Rabies merupakan tantangan besar di Indonesia karena dalam tiga tahun terakhir kasus gigitan hewan rabies itu rata-rata setahunnya lebih dari 80.000 kasus dan kematiannya rata-rata 68 orang,” ujar Imran.
Menurutnya, tindakan pencegahan utama penularan rabies yakni dengan memberi vaksinasi pada anjing. Pasalnya, jika hewan pembawa rabies ini berkeliaran dan tidak terlindungi oleh vaksin maka selalu ada potensi menularkan rabies ke manusia.
Imran juga menjelaskan pada 2023 Kemenkes sudah mengadakan vaksin untuk manusia sebanyak 241.700 vial dan serum sebanyak 1.650 vial.
Saat ini vaksin dan serum tersebut sudah didistribusikan ke provinsi hampir 227.000 vial vaksin dan lebih dari 1.550 vial serum. Ia menyebut vaksin yang diadakan itu merupakan buffer bukan utama.
“Kalau ketersediaan vaksin anti rabies di lapangan itu sangat bervariasi. Tapi yang jelas pemerintah sudah mempunyai stok melakukan pengadaan dan juga mendistribusikannya ke provinsi,” katanya.
Imran menyebutkan beberapa langkah pertolongan pertama jika seseorang digigit hewan penular rabies seperti anjing. Pertama, segera cuci luka gigitan dengan sabun atau detergen pada air mengalir selama 15 menit, kemudian beri antiseptik dan sejenisnya.
Langkah selanjutnya adalah membawa ke Puskesmas atau rumah sakit untuk dilakukan kembali pencucian luka dan mendapatkan Vaksin Anti Rabies (VAR) dan Serum Anti Rabies (SAR) sesuai dengan indikasinya.
Kasus rabies mencuat setelah satu desa di Timor Tengah Selatan diisolasi karena Keadaan Luar Biasa (KLB) rabies sejak Selasa (30/5).
Kasus rabies di Timor Tengah Selatan diketahui dari laporan hasil pengujian sampel organ dua ekor anjing yang dinyatakan positif oleh Laboratorium Balai Besar Veteriner Denpasar.
Kasus rabies di TTS ini telah menelan satu korban jiwa yakni AB (45) warga Desa Fenun, Kecamatan Amanatun Selatan.