Kemendikbud Ristek Luncurkan Merdeka Belajar Episode ke-18
Berita Baru, Jakarta – Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbud Ristek) kembali meluncurkan Merdeka Belajar.
Menginjak episode kedelapan belas, Merdeka Belajar kali ini bertajuk ‘Merdeka Berbudaya dengan Dana Indonesiana’.
Kebijakan ini membuktikan dukungan nyata Kemendikbud Ristek bersama Kementerian Keuangan (Kemenkeu) dalam memajukan kebudayaan di Indonesia.
Dengan demikian, para seniman dan praktisi budaya dapat terus berkarya dan berkegiatan tanpa mengkhawatirkan ketersediaan dana.
Dalam sambutan yang disampaikan di Gedung A, Kompleks Kemendikbud Ristek, Senayan, Jakarta, Mendikbud Ristek, Nadiem Anwar Makarim, percaya bahwa dengan adanya Dana Indonesiana dapat mendukung kegiatan pemajuan kebudayaan Indonesia.
“Terutama di era pandemi Covid-19, banyak pekerja kreatif yang tidak bekerja selama pandemi. Dengan ini, Dana Indonesiana yang akan berperan penting dalam revitalisasi kegiatan ekspresi budaya Indonesia,” kata Nadiem Rabu (23/3).
Sementara itu, Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati, yang juga hadir dalam acara tersebut menegaskan Dana Indonesiana ada dan hadir untuk mendukung kebudayaan.
“Tetapi para penggerak kebudayaan juga harus melakukan pertanggungjawaban dengan Dana Indonesiana yang diterima, seperti hal apa yang akan dilakukan dan memperlihatkan bukti transaksi (invoice) terkait tata pengelolaan dana,” jelasnya.
Menurutnya, Dana Indonesiana adalah pemacu (booster) supaya aktivitas di kesenian dan kebudayaan semakin meningkat serta dalam berkegiatan.
“Menjadi recover stronger recover together sama seperti tema dalam presidensi G20 pulih lebih kuat dan lebih merata,” lanjut Sri Mulyani.
Adapun Direktur Jenderal Kebudayaan Kemendikbud Ristek, Hilmar Farid, menyampaikan, dana abadi kini sudah dapat digunakan untuk mendukung kegiatan kebudayaan. Bukan hanya kebudayaan yang bersifat produksi tetapi juga sebagai penguatan lembaga.
“Dengan adanya acara peluncuran ini, sangat signifikan karena merupakan sebuah penanda baru dalam pengelolaan atau tata kelola kebudayaan di negeri ini,” tutur Hilmar.
Melalui Ditjen Kebudayaan, hingga kini, FBK telah memfasilitasi bantuan kepada 327 penerima manfaat yang terdiri dari perseorangan, komunitas, organisasi hingga lembaga kebudayaan.
Dana FBK tersebut diharapkan menjadi pendukung terkait terciptanya karya-karya kreatif serta inovatif kebudayaan di Indonesia.
Tokoh teater senior yakni Ratna Riantiano, mengungkapkan rasa haru atas adanya dana abadi ini. Menurut dia, dana tersebut sangat membantu dalam keuangan terkait pementasan ataupun pertunjukan kebudayaan.
“Antara terharu dan bahagia setelah 50 tahun lebih bergelut di dunia kesenian akhirnya dana abadi kesenian dan kebudayaan ini ada,” ungkap Ratna.
Turut hadir, Nyong Franco selaku musisi sekaligus pengajar di sanggar kebudayaan di Kabupaten Sikka, NTT yang proposalnya berhasil mendapatkan persetujuan pendanaan FBK dari Kemendikbud Ristek.
Ia membangun Sikka Pedia sebagai pustaka digital di Kabupaten Sikka melalui dana FBK sehingga anak-anak di daerahnya memiliki referensi yang valid terkait seni budaya di wilayahnya.