Kandang Sapi di Pamekasan Disemprot Disinfektan
Berita Baru, Pamekasan – Sejumlah kandang ternak jenis sapi milik warga di Kabupaten Pamekasan Jawa Timur dilakukan penyemprotan disinfektan oleh relawan yang tergabung dalam Forum Relawan Penanggulangan Bencana (FRPB) Pamekasan, Jawa Timur, guna mencegah penyebaran wabah penyakit mulut dan kuku (PMK).
Dikatakan oleh Ketua FRPB Pamekasan Budi Cahyono, penyemprotan disinfektan ke kandang milik warga oleh sebagai upaya mencegah wabah yang saat ini menjadi perhatian publik, karena jenis penyakit ini mudah menyebar.
Menurut pria berkumis itu, antisipasi perlu dilakukan sejak dini termasuk memberikan penjelasan kepada warga tentang jenis penyakit tersebut, seperti ciri-ciri fisik dan cara menanggulangi.
“Penyemprotan disinfektan ini kami lakukan sebagai bentuk kepedulian, sekaligus untuk mencegah penyebaran wabah penyakit mulut dan kuku, mengingat di sejumlah daerah jenis penyakit ini sudah banyak menyerang sapi peliharaan warga,” katanya, Senin (16/5).
Penyakit PMK ini tidak menyerang semua jenis peliharaan, wabah ini hanya menyerang hewan yang berkuku belah/genap, seperti sapi, kerbau, domba, kambing, rusa, unta, dan termasuk hewan liar, seperti gajah, antelope, bison, menjangan, dan jerapah.
“Penyakit ini tingkat penularannya cukup tinggi, angka kesakitan bisa 100 persen, akan tetapi tingkat kematian 1-5 persen. PMK ini adalah jenis penyakit yang disebabkan oleh virus tipe A dari keluarga picornaviridae, genus apthovirus yakni aphtaee epizootecae,” tambahnya.
Hewan yang tertular penyakit ini hingga timbul gejala penyakit virus dapat bertahan lama di lingkungan dan bertahan hidup pada tulang, kelenjar, susu, serta produk susu. Sehingga jika ditemukan ternak terlihat lemah, lesu, kaki pincang, air liur berlebihan, tidak mau makan, dan mulut melepuh segera hubungi petugas.
“Virus PMK ini menular ke hewan melalui beberapa cara, di antaranya kontak langsung antara hewan yang tertular dengan hewan rentan melalui droplet, leleran hidung, serpihan kulit, melalui vektor hidup yakni terbawa oleh manusia atau dengan cara kontak tidak langsung melalui bukan vektor hidup yang terbawa mobil angkutan, peralatan, alas kandang dan lain sebagainya,” jelasnya.
Selain itu urai Budi, virus ini juga menyebar melalui udara, angin, di daerah beriklim khusus yang mencapai 60 km di darat dan 300 km di laut dengan gejala klinis hewan yang terserang PMK, di antaranya demam hingga mencapai 41 derajat Celsius, menggigil, nafsu makan menurun, dan pada sapi perah mengalami penurunan produksi susu yang drastis selama 2-3 hari.
“Hewan lebih sering berbaring dan mengalami luka pada kuku, bahkan ada yang mengelupas. Kalau pada sapi juga sering menggeretkan gigi, menggosokkan mulut, leleran mulut, suka sering menendangkan kaki,” ujarnya