Jubir Sebut R20 Miliki Dampak Dimensi Politik dan Kontribusi untuk Krisis Dunia
Berita Baru, Bali – Juru Bicara Forum Religion of Twenty (R20) Najib Azca mengatakan bahwa R20 memiliki gerakan spiritual dan kultural yang berdampak terhadap dimensi politik serta berkontribusi untuk krisis dunia.
“Tentu saja gerakan spiritual dan kultural R20 punya dampak dimensi politik dan kami sangat menyadari ini, karena forum ini diikuti oleh berbagai pemimpin yang memiliki banyak pengikut, baik dari muslim, Hindu, Katolik, Protestan, Budha, dan lain-lain,” kata Najib dalam Konferensi Pers R20 di Nusa Dua, Bali, Selasa (1/11).
Najib optimistis gerakan tersebut memiliki dampak signifikan terhadap krisis dunia. Bahkan, lanjutnya, kenyataan bahwa R20 menjadi acara terikat (engagement event) G20 bermakna bahwa agama tidak terisolasi, tetapi berhubungan dengan kekuatan politik lain.
“Terkait krisis jenis apa yang akan kami fokuskan, krisis yang berbeda-beda; tetapi, tentu saja termasuk krisis-krisis yang berkenaan dengan agama,” jelasnya.
Menurut Najib, agama seringkali menjadi sumber konflik di berbagai wilayah, seperti ekstremisme, radikalisme, serta konflik komunal di berbagai negara.
“Kami percaya dengan forum ini, para pemimpin agama dunia dapat bersama-sama mentransformasikan agama menjadi inspirasi yang penting untuk solusi dunia,” katanya.
Sementara itu, Ketua Lembaga Komunikasi dan Informasi Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Ishaq Zubaedi Raqib menjelaskan pertemuan R20 memobilisasi para pemimpin dan pemuka agama di dunia untuk memastikan bahwa agama berfungsi sebagai solusi sejati dan dinamis, bukan sebagai sumber masalah, pada abad ke-21.
Tujuan utama penyelenggaraan R20 adalah untuk mencegah isu identitas yang digunakan sebagai senjata, membatasi penyebaran kebencian kelompok, serta melindungi masyarakat dari kekerasan dan penderitaan akibat konflik.
Selain mengembangkan kerja sama dengan Liga Muslim Dunia, NU juga bekerja sama dengan gereja Katolik global dan salah satu jaringan Kristen terbesar di dunia, Aliansi Evangelis Protestan Dunia, yang mewakili 600 juta orang di 143 negara.