Jelang Pembicaraan Nuklir, Iran Meminta AS Mencairkan $10 Miliar yang Disita
Berita Baru, Jakarta – Pada bulan lalu, seorang pejabat senior Departemen Luar Negeri AS mengatakan bahwa AS dan sekutunya sedang menunggu kembalinya Iran ke Rencana Aksi Komprehensif Gabungan (Joint Comprehensive Plan of Action/JCPOA).
Perjanjian nuklir era Obama yang ditinggalkan pemerintahan Trump pada 2018. Di mana Teheran pun akhirnya juga menghentikan kepatuhan JCPOA sejak 2019.
Meski begitu, Iran telah menyatakan minat bersyarat untuk kembali pada kesepakatan nuklir.
Menteri Luar Negeri Iran Hossein Amirabdollahian selama wawancara televisi negara pada hari Sabtu (02/10), mengungkapkan bahwa para pejabat dan perantara AS yang mencari pembicaraan nuklir baru dengan Iran harus datang ke meja dengan tawaran substansial. Washington diminta menunjukkan niat dan komitmen baru untuk sebuah kesepakatan.
Selama Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (United Nations General Assembly/UNGA) bulan lalu, Amirabdollahian memberi tahu perantara AS bahwa pembicaraan nuklir dapat terjadi jika Washington mencairkan sekitar $10 miliar dana Teheran yang diblokir karena sanksi Amerika.
“Amerika mencoba menghubungi kami melalui saluran yang berbeda di New York, dan saya memberi tahu para mediator jika niat Amerika serius maka diperlukan indikasi serius … dengan melepaskan setidaknya $10 miliar uang yang diblokir”, kata Hossein Amirabdollahian, dikutip dari Sputniknews, Minggu (02/10).
“Mereka tidak bersedia membebaskan 10 miliar dolar milik bangsa Iran sehingga kita dapat mengatakan bahwa Amerika sama sekali tidak mempertimbangkan kepentingan bangsa Iran”, tambahnya.
Amirabdollahian mengatakan kepada outlet itu bahwa Teheran akan “segera” kembali ke Wina untuk melakukan pembicaraan. Namun, tidak ada tanggal atau waktu yang diberikan.
Iran tidak Mengejar Senjata Nuklir
Presiden Iran Ebrahim Raisi dalam pidatonya di UNGA kembali menekankan bahwa Teheran tidak mengejar senjata nuklir, dan akan membutuhkan AS untuk memenuhi kewajibannya dan mencabut semua sanksi yang terkait dengan perjanjian itu.
Adapun Washington, melalui pejabat senior Departemen Luar Negeri menekankan bulan lalu bahwa waktu (kembali ke JCPOA) hampir habis sambil terus menegaskan bahwa Teheran sedang mengembangkan program nuklirnya.
Sementara AS bersedia untuk kembali ke meja perundingan, para pejabat Amerika telah menyarankan bahwa akan ada titik ketika manfaat non-proliferasi yang ditawarkan di bawah JCPOA tidak lagi memenuhi tuntutan Washington.
Pejabat Departemen Luar Negeri yang tidak disebutkan namanya mencatat bahwa AS berhak untuk “menyimpulkan bahwa Iran hanya memiliki tindakan yang berbeda dalam pikiran”. Dalam hal itu, “kita harus bertindak sesuai,” tambah mereka.