Indonesia Buka Sekolah Tatap Muka? Lihat Negara Lain yang Gagal
Berita Baru, Jakarta – Sejumlah daerah di Indonesia mulai membuka pembelajaran tatap muka tahun ini, mulai sekolah dasar hingga sekolah menengah atas. Padahal, pandemi belum sama sekali terkendali di Indonesia.
Pemerintah harus memastikan pandemi terkendali, baru mulai berpikir melakukan pembelajaran tatap muka. Semua wilayah masih berisiko tinggi terjadi penularan Covid-19 secara masif. Laju kasus positif masih sangat tinggi. Tidak ada wilayah yang aman dari virus SARS-CoV-2.
Menjamin keselamatan anak-anak menjadi tanggung jawab bersama, mulai dari orang tua, keluarga, hingga pemerintah. Ciptakan lingkungan yang sehat dan aman bagi anak untuk bersekolah dan beraktivitas.
Belajar dari kegagalan pembukaan sekolah di berbagai negara. Dari pembukaan bertahap, sistem hibrid, keharusan penggunaan masker dan jaga jarak, rotasi murid sampai perlunya transparansi dibahas di sini!
Sekolah tetap perlu sistem pembelajaran hibrid (gabungan tatap muka dan jarak jauh) agar kapasitas ruangan selalu terjaga dan siap buka-tutup. Orang tua, pedagang sekitar sekolah, pengantar jemput juga harus menaati protokol yang ketat secara terus-menerus supaya risiko semakin rendah.
Pemerintah daerah tetap harus maksimal menekan transmisi dan menjalankan tes, tracing dan karantina secara agresif agar kegiatan belajar-mengajar tetap berjalan lancar.
Contoh beberapa negara yang pernah melakukan pembukaan sekolah:
1. Belgia dan Inggris
Dimana penggunaan masker tidak diharuskan untuk semua murid.
Belgia 50% kasus COVID-19 yang dirawat di Rumah Sakit adalah pasien berusia di bawah 48 tahun, kelompok dewasa yang memiliki anak usia sekolah.
Inggris Setelah sekolah dibuka, anak usia 5-12 tahun adalah kelompok umur yang paling rentan terkena COVID- 19.
2. India
Per Oktober 2020, sekolah dibuka bertahap dengan sistem hibrid, jaga jarak, kelas kecil bergantian, sebisa mungkin di luar ruangan, durasi kelas diperpendek.
Perlu persetujuan orang tua, wajib masker, tidak saling meminjam alat tulis, pemerintah daerah punya kewenangan mengatur protokol.
Per bulan Maret 2021, sekolah di berbagai daerah ditutup lagi karena wabah di komunitas meluas.
3. Malaysia
Yang tidak diharuskan memberlakukan sistem rotasi atau hibrid. Sekolah dibuka serentak per 1 Maret 2021.
Hadir di sekolah tidak wajib, tapi ada sekolah-sekolah yang tidak melakukan jaga jarak dan tidak merotasi murid di kelas (Babulal, NST, 10 Mar 2021).
Bila ada kasus di sekolah, belum tentu dikomunikasikan dengan transparan, kegiatan tatap muka dilanjutkan (Hassan, Straits Times, 22 Mar 2021).
Diperkirakan ada 20-40an sekolah yang kini menjadi cluster COVID-19 dan tidak ada kejelasan mengenai besarnya skala penularan di sekolah.
Kunci mengurangi risiko pembukaan sekolah ada tiga, yaitu sekolah konsisten menjalankan jaga jarak, cuci tangan, mewajibkan masker, menyiapkan area dengan sirkulasi udara yang baik, merotasi murid dan membatasi jam tatap muka.
Kedua, kosistem sekolah juga menaati 3M demi melindungi lingkungan sekolah (termasuk orang tua, pedagang sekitar sekolah, pengantar jemput). Serta, sekolah dan otoritas setempat bersikap transparan, mampu melakukan testing dan tracing bila ada kasus untuk mencegah wabah meluas; serta kembali ke sistem PJJ bila perlu.