Beritabaru.co Dapatkan aplikasi di Play Store

 Berita

 Network

 Partner

Ekonomi Indonesia THR ADB
Ilustrasi pertumbuhan ekonomi (Foto: Istimewa)

INDEF Prediksi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia di 2024 Hanya 4,8%



Berita Baru, Jakarta – Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2024 hanya akan mencapai 4,8%, angka yang berada di bawah target pemerintah sebesar 5,2%.\Pernyataan ini disampaikan oleh Direktur Eksekutif Indef, Esther Sri Astuti, di Jakarta pada Kamis (14/3/2024).

“Dengan melihat kondisi global dan domestik bukannya pesimis, tetapi realistis untuk pertumbuhan ekonomi pada 2024. Indef memprediksi hanya sekitar 4,8%,” ucap Esther.

Menurut Esther, pertumbuhan ekonomi nasional sebelumnya ditopang oleh komponen konsumsi rumah tangga, tetapi hal ini dianggap kurang ideal. Dia menjelaskan bahwa pada 2024 ini terjadi kekurangan pasokan bahan pangan, yang berimbas pada lonjakan permintaan bahan pangan sebelum pemilu, Ramadan, dan Lebaran.

“Jadi ini akan menggerus daya beli konsumen dan membuat konsumsi melambat. Akhirnya karena 53% pertumbuhan ekonomi didorong konsumsi rumah tangga, maka prediksi kami adalah perlambatan pertumbuhan ekonomi,” ungkap Esther.

Dalam APBN 2024, pemerintah menargetkan pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar 5,2 persen. Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede memandang optimis target tersebut mengingat proyeksi pertumbuhan ekonomi global yang diperkirakan oleh beberapa lembaga keuangan dunia, seperti World Bank, Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD), dan International Monetary Fund (IMF), akan meningkat dibandingkan dengan proyeksi tahun 2023.

“Pertumbuhan ekonomi Indonesia diperkirakan untuk tahun depan cukup konvergen di rentang 4,9 sampai 5,1 persen,” kata Josua dalam acara Media Gathering Kementerian Keuangan di Cianjur, Jawa Barat pada Senin (25/9).

Menurut Josua, membaiknya pertumbuhan ekonomi global menjadi modal dasar perbaikan pertumbuhan ekonomi di berbagai negara, khususnya negara berkembang, termasuk Indonesia.

“Jadi dengan asumsi 5,2 peren tersebut masih bisa tercapai. Setidaknya pertumbuhan konsumsi rumah tangga minimal 5 persen agar secara keseluruhan pertumbuhan ekonominya di atas 5 persen,” ungkap Josua.

Menurutnya, konsumsi dan investasi masih akan menjadi penopang utama Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia. Karena itu, Josua menilai pemerintah perlu tetap menjaga daya beli masyarakat di tengah meningkatnya harga komoditas pangan global.

Di samping itu, Josua juga mengapresiasi langkah-langkah mitigasi inflasi yang selama ini dilakukan pemerintah sehingga inflasi domestik kenaikannya relatif lebih rendah dibanding negara-negara maju.