Hilirisasi Ikan Pindang: Solusi Tanggulangi Kemiskinan Ekstrem dan Stunting
Berita Baru, Jakarta – Usaha ikan pindang menjadi salah satu bentuk hilirisasi untuk menanggulangi kemiskinan ekstrem hingga stunting di Indonesia.
Hal ini disampaika Direktur Jenderal (Dirjen) Penguatan Daya Saing Produk Kelautan dan Perikanan (PDSPKP) Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) Budi Sulistiyo.
“Kita meningkatkan usaha ikan pindang dengan pembinaan mutu dan keamanan pangan serta kemudahan perizinan berusaha melalui penerbitan sertifikat kelayakan pengolahan secara gratis,” kata Budi, dalam keterangan resminya, Sabtu (24/6).
“Bersama Kadin, kita dorong UMKM perikanan naik kelas melalui gerakan kemitraan inklusif closed loop bidang perikanan sebagai langkah bersama menanggulangi kemiskinan ekstrem,” sambungnya.
Menurut Budi, usaha ikan pindang telah memberikan efek ganda bagi banyak pihak, mulai dari nelayan, pembudi daya, buruh angkut, pengepul, pengolah, pemasar, pembuat besek, pembuat garam, penjual bahan bakar, hingga jasa distribusi.
Disebutkan Budi, perputaran uang dari usaha ikan pindang skala mikro kecil secara nasional bisa mencapai Rp16 triliun pada 2022.
“Kalau per besek dijual seharga Rp4.000 artinya ada perputaran Rp16 triliun. Keuntungan bersih sebesar Rp240 ribu per hari atau Rp7,2 juta per bulan,” paparnya.
Sementara itu, jumlah unit pengolah ikan (UPI) pindang di Indonesia pada 2022 tercatat mencapai 8.516. Dari jumlah ini, 73 persen berpusat di Pulau Jawa dan 19,4 persen di Pulau Bali dan Nusa Tenggara.
“Adapun satu UPI pindang skala mikro mampu mengolah ikan rata-rata 76 kg/hari, sedangkan satu UPI pindang skala kecil rata-rata bisa mencapai 450 kg/hari,” terangnya.
Dari sisi tenaga kerja, kata Budi, UPI skala mikro rata-rata memiliki tiga orang tenaga kerja, sedangkan UPI skala kecil mampu menyerap delapan orang tenaga kerja, sehingga jumlah total serapan tenaga kerja di unit ikan pindang di Indonesia diperkirakan dapat mencapai 38.322 orang.
“Bukan hanya dari sisi ekonomi, ikan pindang yang harganya terjangkau memiliki protein tinggi berkisar antara 27-30 persen, sehingga ini bisa menjadi asupan penangkal stunting,” pungkasnya.