Harga Beras Terus Melonjak, INDEF: Pasar Dikuasai Konglomerat
Berita Baru, Jakarta – Harga beras di Indonesia diprediksi akan terus bergejolak dalam beberapa waktu ke depan. Direktur Eksekutif Indef, Esther Sri Astuti, mengungkapkan bahwa penguasaan pasar beras oleh sejumlah perusahaan besar diduga menjadi penyebab tingginya harga, meskipun pemerintah telah melakukan impor jutaan ton beras.
“Harga beras yang tinggi saat ini disebabkan oleh pasokan yang terbatas. Di sisi lain, dominansi pasar beras di dalam negeri dikuasai oleh segelintir konglomerat, alih-alih dikuasai oleh negara lewat Perum Bulog,” ujar Esther seperti dikutip dari Antara, Senin (12/2/2024).
Menurut Esther, perlu adanya perubahan struktural dengan memberikan lebih banyak kontrol kepada Perum Bulog dalam mengelola pasar beras nasional. “Hukum ekonomi itu namanya oligopoli, mereka lah price determinate, dan Bulog hanya jadi price follower doang. Itu enggak boleh terjadi,” tandasnya.
Esther juga meramalkan bahwa harga beras kemungkinan tidak akan turun ke level Harga Eceran Tertinggi (HET) dalam waktu dekat. Ia menekankan bahwa peningkatan produksi beras menjadi solusi jangka panjang untuk mengendalikan harga dan mencapai kemandirian negara dalam pemenuhan kebutuhan beras.
Kata Bulog Soal Harga Beras
Dalam mengatasi situasi ini, General Manager UB Bulog Sentra Niaga, Topan Ruspayandi, mengungkapkan bahwa Bulog telah mendapatkan saran dari Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) untuk menguasai minimal 20 persen market share untuk beras. Topan menegaskan bahwa Bulog memiliki kapasitas untuk meningkatkan kapasitas komersil dengan membangun pusat penggilingan padi baru dan pengolahan beras.
Mengutip panel harga pangan Badan Pangan Nasional (Bapanas), harga beras medium dan premium per 9 Februari 2024 mencapai 13.600 rupiah per kilogram (kg) dan 15.530 per kg, masih jauh di atas HET yang ditetapkan pemerintah. Kondisi ini menambah kerisauan masyarakat terkait kenaikan harga beras yang terus berlanjut.