Harga Ayam dalam Negeri Capai Rp 41 Ribu Per Kg
Berita Baru, Jakarta – Harga ayam di dalam negeri menyentuh rekor baru. Yakni, rata-rata harganya Rp 41 ribu per kilogram (Kg). Padahal pasokan di dalam negeri terasa sangat mencukupi. Alasannya, harga jagung internasional yang menjadi pakan ayam, dinilai menjadi pemicu utamanya.
Ikatan Pedagang Pasar Indonesia (Ikappi) mendata harga ayam di Pulau Jawa dan sekitarnya Rp 37.800 hingga Rp 38.000 per kilogram (Kg). Sementara itu, di bagian timur Indonesia ada di kisaran level Rp 47.650 per Kg.
“Kenapa harga ayam melonjak? Karena harga pakannya tinggi. 70% (biaya produksi) di peternakan ayam itu adalah pakan dan konsentrat,” kata Wakil Sekretaris Jenderal Kajian Penelitian dan Pengembangan Ikappi Putri Bilanova kepada media, Selasa (5/4) kemarin.
Putri mengatakan harga jagung di dalam negeri melonjak karena pengaruh harga jagung internasional. Hal tersebut disebabkan oleh naiknya permintaan jagung oleh Cina dari kondisi normal.
Sementara itu, data yang dilaporkan Reuters, impor jagung oleh Negeri Panda melonjak 152% menjadi 28,35 juta ton pada 2021. Adapun, total impor jagung ke Cina pada 2020 hanya mencapai 11,3 juta ton.
Oleh karena itu, Putri menyatakan harga ayam di dalam negeri ikut naik walaupun pasokan daging ayam di dalam negeri telah mencukupi kebutuhan selama Ramadan 2022. Putri mengingatkan agar pemerintah tetap waspada akan kenaikan harga ayam dalam menyambut Hari Raya Idul Fitri 2022.
“Ini harus diantisipasi pemerintah, terutama kementerian terkait, untuk berkolaborasi agar bisa bekerja bersama-sama untuk meringankan beban masyarakat untuk mengurangi atau mengendalikan harga bahan-bahan pokok,” ujar Putri.
Sebelumnya, Putri memperkirakan titik lonjakan permintaan ketiga pada Ramadan akan terjadi pada 2-3 hari setelah Lebaran 2022. Pembatasan kendaraan niaga tidak diberlakukan pada periode tersebut, namun potensi tersendatnya barang di pasar masih ada.
Putri memproyeksi banyak komoditas yang tidak dapat ditemukan di pasar tradisional. Pasalnya, banyak pedagang pasar yang masih mudik maupun tidak memiliki pasokan.
“Fase ini juga rawan. Kami berharap pemerintah juga mengantisipasi fase ini agar masyarakat bisa tersenyum dan lancar menjalankan Ramadhan dan Idul Fitri tahun 2022,” kata Putri.