Hadapi Tantangan Ganda, Korut Tutup Perbatasan dan Tolak Bantuan Asing
Berita Baru, Pyongyang – Korea Utara (Korut) akan menutup perbatasannya dengan Korea Selatan (Korsel) di Kaesong dan menolak bantuan dari luar. Keputusan itu dibuat tepat ketika Korut sedang berusaha menangkis virus korona dan membangun kembali ribuan rumah, jalan, dan jembatan yang rusak akibat hujan lebat dan banjir yang terjadi selama beberapa minggu terakhir.
Hal tersebut disampaikan oleh Pemimpin Korut Kim Jong Un pada saat melakukan pertemuan ke-16 Biro Politik Komite Pusat Ke-7 Partai Pekerja (WPK) di gedung kantor Komite Sentral WPK pada 13 Agustus.
Menurut kantor berita resmi Korut KCNA, pertemuan itu membahas mengenai perbaikan kerusakan akibat banjir dan kesehatan publik terkait penanganan virus korona.
Kim Jong Un mengatakan negaranya sekarang menghadapi tantangan ganda, yaitu menangkis COVID-19 di tengah pandemi global yang memburuk dan memperbaiki kerusakan akibat hujan lebat yang melanda negara itu dalam beberapa minggu terakhir.
Terkait masalah penangkisan virus korona, Kim Jong Un mengatakan bahwa setelah tiga minggu tindakan isolasi dan ‘verifikasi ilmiah’, sudah jelas situasi virus di Kaesong stabil dan menyatakan terima kasih kepada penduduk karena bekerja sama dengan aturan karantina wilayah.
Mengutip Aljazeera, pada akhir Juli, Kim Jong Un memerintahkan lockdown total di Kaesong dan meminta menjadikan Korut berstatus “sistem darurat maksimum” setelah Korut melaporkan telah menemukan seseorang dengan gejala COVID-19.
Media pemerintah Korut mengatakan kasus yang dicurigai adalah seorang warga Korut yang sebelumnya melarikan diri ke Korsel sebelum menyelinap kembali ke Kaesong.
Namun, otoritas kesehatan Korsel mengatakan pria berusia 24 tahun itu belum dites positif di Korsel dan tidak pernah melakukan kontak dengan pembawa virus yang diketahui.
Korut kemudian mengatakan hasil tes orang tersebut tidak meyakinkan dan masih mempertahankan status ‘Korut bebas virus korona’, status yang secara luas diragukan oleh pihak luar.
Sementara itu, terkait masalah pemulihan dari banjir, menurut KCNA, 39.296 hektar tanaman, 16.680 rumah serta 630 bangunan umum hancur atau kebanjiran.
Ia menambahkan banyak jalan, jembatan dan bagian kereta api rusak dan bendungan pembangkit listrik yang tidak ditentukan runtuh.
Akan tetapi, tidak disebutkan informasi apapun terkait dengan cedera atau kematian.
Kim Jong Un juga menyatakan simpati kepada orang-orang yang berada di fasilitas sementara setelah kehilangan rumah karena banjir dan menyerukan upaya pemulihan cepat sehingga tidak ada yang ‘tunawisma’ pada saat negara itu merayakan ulang tahun ke-75 berdirinya Partai Buruh yang berkuasa pada 10 Oktober mendatang.
“Situasi, di mana penyebaran virus ganas di seluruh dunia menjadi lebih buruk, mengharuskan kami untuk tidak mengizinkan bantuan dari luar untuk kerusakan banjir tetapi menutup perbatasan lebih ketat dan melakukan pekerjaan anti-epidemi yang ketat,” kata Kim Jong Un di parafrase KCNA.
Selain itu, dalam pertemuan itu, Kim Jong Un mengganti Perdana Menteri Kabinet DPRK Kim Jae Ryong dengan Kim Tok Hun sebagai perdana menteri baru.