Film CODA Tekankan Pentingnya Representasi Tunarungu dalam Sinema
Berita Baru, Entertainment – Film CODA (2021) telah menorehkan sejarah baru di belantara sinema Hollywood. Tak hanya meraih beragam penghargaan di ajang bergengsi seperti Screen Actors Guild Awards, Critics’ Choice Movie Awards, dan AARP Movies for Grownups Awards, CODA juga masuk dalam tiga kategori Oscar tahun ini, yakni Best Picture, Best Supporting Actor, dan Best Adapted Screenplay.
Film yang disutradarai Sian Heder ini merupakan sebuah remake dari film Prancis berjudul La Famille Bélier yang rilis tahun 2014. CODA diperankan oleh Emilia Jones, Eugenio Derbez, Troy Kotsur, Ferdia Walsh-Peelo, Daniel Durant, dan Marlee Matlin.
Seperti apa kisah film ini? Simak dulu sinopsisnya berikut.
Sinopsis CODA
Film ini mengisahkan tentang CODA, singkatan dari Child of Deaf Adults yang berarti anak dari orangtua atau orang dewasa yang tuli. Sebagai CODA, Ruby (Emilia Jones) adalah satu-satunya orang yang bisa mendengar di keluarga tunarungunya.
Ketika bisnis perikanan keluarga terancam bangkrut, Ruby terjebak dalam dua pilihan, antara mengejar mimpi dan cintanya pada musik dengan sekolah di Berklee College of Music atau tetap bersama orangtuanya di kota kecil itu dan membantu keluarga mengurus bisnis mereka. Sementara ditengah kebingungan itu, Ruby memiliki rasa takut meninggalkan orangtuanya sendirian.
Produser CODA: Perlunya Representasi Tunarungu
Tak bisa ditampik, CODA merupakan kisah yang mengharukan. Namun bukan hanya itu tujuan dari produser Patrick Wachsberger. Ia ingin melakukan sesuatu yang berbeda lewat film ini.
“Saya ingin melakukan sesuatu yang berbeda. Saya benar-benar ingin hanya membuat film yang saya pedulikan,” berikut cuplikan pernyataannya saat diwawancarai The Hollywood Reporter.
Dalam produksi film ini, Patrick menggarisbawahi bahwa keterlibatan aktor tunarungu untuk memerankan peran tuli adalah kunci. “Itu adalah kuncinya. Tidak ada cara lain untuk melakukannya di dunia sekarang ini. Jika Anda bertanya kepada saya 10 tahun yang lalu, mungkin akan ada pendekatan yang berbeda. Tetapi ketika kami memutuskan untuk membuat film, tidak ada pertimbangan untuk tidak memiliki aktor tunarungu [dalam peran utama],” tegasnya.
Dalam sebuah wawancara dengan Deadline, aktor Marlee Matlin, Troy Kotsur dan Daniel Durant bicara mengenai kebutuhan mewakili potret budaya dari kelompok tunarungu melalui cerita yang lebih luas. Mereka menambahkan, diperlukan langkah-langkah yang perlu terus dilakukan untuk merepresentasikan komunitas tunarungu di layar sinema.
Bagi Marlee Matlin, langkah pertama yang penting dalam menggambarkan komunitas ini secara otentik adalah dengan memasukkan aktor tunarungu untuk memerankan karakter tunarungu. “Dalam hal cerita, saya pikir kita telah melihat era berlalu di mana orang tuli bermain sebagai korban. [Kita perlu] aktor tunarungu, seperti yang kita lakukan dalam film ini, membawa film itu—bukan memainkan peran sekunder atau film kelas tiga—dan berperan sebagai profesional, memainkan berbagai karakter, karena mereka ada di luar sana,” ujarnya.
“Ada pengacara tuli, guru tuli, dokter tuli. Saya ingin melihat tren yang mulai berlanjut,” tukas Marlee.
CODA menjadi film pertama dari Apple yang dibintangi oleh anggota pemeran yang didominasi tunarungu atau tidak dapat mendengar, yakni Troy Kotsur, Marlee Matlin, dan Daniel Durant, dalam peran utama.
Simak trailer CODA berikut ini.