Ekonom INDEF Nilai Penyelesaian Konflik Rusia-Ukraina di KTT G20 Tak Serius
Berita Baru, Jakarta – Pakar ekonomi Institute for Development of Economics and Finance (INDEF), Didik J Rachbini mengatakan bahwa Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Presidensi Group of Twenty (G20) adalah usaha yang bersifat global untuk membangun jembatan komunikasi, kerja sama, perdamaian, kesejahteraan bagi dan antar 20 negara anggota G20.
Menurut Didik J Rachbini, KTT G20 sangat penting sebagai fondasi kerja sama global antara bangsa, khususnya 20 negara besar tersebut dan juga kerjasama lebih luas dengan negara-negara lainnya. Dengan harapan dinamika ekonomi, perdagangan, investasi dan ekonomi secara keseluruhan terus berkembang didorong oleh kekuatan kumpulan ekonomi besar (large economy) 20 negara ini.
“Tetapi untuk lebih bersifat kritis apakah pertemuan para tokoh dan bintang tersebut bermanfaat untuk bangsa-bangsa dan dapat memecahkan masalah global yang paling berat? Untuk menjawab iya, kita masih ragu,” kata Didik J Rachbini dalam catatannya pasca KTT G20 yang diterima Beritabaru.co, Kamis (7/11).
Ia menilai, masalah paling krusial soal perang sama sekali tidak disentuh dan para pemimpin negara dalam KTT G20. Semua tidak mampu menyelesaikan masalah ini. Ini masalah berat yang ada di depan mata seluruh pimpinan 20 negara tersebut. Masalah paling utama di kancah global ini tidak terpecahkan dalam KTT G20.
“Bahkan usaha untuk menyelesaikan masalah tersebut bisa dikatakan absen. KTT ini bisa dikatakan tidak bermakna sebagai solusi konflik Rusia Ukraina, yang dampaknya sangat luas dan bersifat semesta global,” ujarnya.
Namun demikian, bagi Didik J Rachbini teramat berlebihan memang apabila mempertanyakan dan mengharap KTT G20 dan para pemimpinnya ambil bagian dari upaya perdamaian dan bisa menyelesaikan masalah perang Rusia Ukraina.
“Tetapi jika dibalik lagi, siapa lagi pemimpin yang lebih kuat dari kumpulan pimpinan negara-negara G20 tersebut? Jadi, publik wajar dan layak kritis untuk mempertanyakan masalah paling kritis seperti ini,” tegasnya.
Kerja Sama Ekonomi
Lebih lanjut Didik J Rachbini melihat, jika soal krusial perang tidak bisa selesai di KTT G20 di Bali, maka kerja sama ekonomi paling penting untuk ditindaklanjuti pasca pertemuan pemimpin anggota G20 ini. Sebab 20 negara tersebut dikumpulkan karena ukuran ekonominya.
Ia mencontohkan transisi ekonomi hijau yang ditawarkan Presiden Amerika Serikat Joe Biden perlu tindak lanjut, dengan harapan ada keuntungan ekonomi Indonesia dan mitranya AS. Juga kebijakan friend shoring yang perlu ditanggapi lebih lanjut.
“Tapi pemerintah kan tidak mengerti apa kebijakan yang ditawarkan negara mitranya. Buktinya tidak satu pun menteri menjawab soal ini, friend shoring dan ekonomi hijau,” katanya.
Didik J Rachbini dengan tegas menuturkan, jika perdagangan dan investasi ke depan tidak naik signifikan, maka pertemuan KTT G20 Bali cuma menghabiskan biaya dan kumpul-kumpul mahal pejabat serta pimpinan negara yang tergabung dalam forum G20 tersebut.