Dukung Petani Milenial, Kemendes PDTT Terapkan Strategi 3 in 1
Berita Baru, Jakarta – Pemerintah Indonesia telah berupaya memfasilitasi penyelenggaraan petani millenial khususnya di Papua. Hal itu sebagaimana disampaikan oleh Dirjen Pengembangan Ekonomi dan Investasi Desa Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi (Kemendes PDTT), Harlina Sulistyorini dalam Webinar “Cipta Pertanian Berkelanjutan bersama Pemuda”, Kamis (28/10).
Kemendes PDTT telah menyusun kerangka kebijakan yang mendukung pengembangan ekonomi dan investasi desa dalam sektor pertanian, salah satunya adalah dengan menyampaikan tujuan Sustainable Development Goals (SDGs) ke desa-desa.
Khususnya di Papua, Kemendes PDTT secara lebih spesifik mengembangkan potensi lokal di daerah tersebut. Apalagi, pertanian masih menjadi sumber pencaharian utama di Papua. Terdapat 1,2 juta penduduk di sana yang mengandalkan pertanian.
Harlina juga menjelaskan program yang tengah dijalakkan pemerintah. “Ada 74.961 desa yang menjadi locus kegiatan kami, dan kebijakan yang dikembangkan adalah 17 goals di dalam SDGs plus 1, karena 1 ini mengakomodir local wisdom yang ada di desa,” ujarnya. Dengan demikian, diharapkan potensi di daerah dapat terakomodir, mengingat setiap desa memiliki potensi masing-masing.
Program yang baru saja diadakan pada tahun ini adalah Transformasi Ekonomi Kampung Terpadu (TEKAD) sebagai langkah strategis untuk mengupayakan pemajuan ekonomi desa. TEKAD telah dilaksanakan di Papua, Papua barat, Maluku, Maluku Barat, dan Nusa Tenggara Timur. “Untuk Papua dan Papua Barat kita sudah melakukan komunikasi dengan kabupaten dan desa-desa yang ada di sana dan sudah mulai running,” tandasnya.
Kemendes PDTT Kenalkan 3 in 1, Apa Itu?
Khusus untuk dukungan Kemendes PDTT terhadap sektor pertanian, Harlina menjelaskan bahwa Dirjen Pengembangan Ekonomi dan Investasi Desa telah mengadakan program untuk memfasiltasi kegiatan pertanian.
“Ketika ada yang mengawali membangun di desa [local champion], kami akan adakan pendampingan, pelatihan serta stimulan usaha. Kami menyebutnya 3 in 1,” ujarnya.
Pertama, pelaksanaan Pendampingan dilakukan oleh pemerintah dengan menggandeng stakeholder, baik itu mitra pembangunan, antar kementerian lembaga dengan kementerian pertanian, donor, maupun pihak swasta.
Kedua, pengadaan pelatihan yang diselenggarakan pemerintah, bekerja sama dengan perguruan tinggi atau swasta untuk melakukan peningkatan kapasitas bagi petani muda hingga masyarakat desa.
Terakhir adalah stimulan usaha, sebagai penyempurnaan pengembangan desa. Stimulan ini juga dioptimalkan melalui pemanfaatan Badan Usaha Milik Desa (BUMDes). “Karena bagaimanapun ketika para milenial masuk sebagai petani atau memanfaatkan lahan tentu memerlukan modal usaha yang kita fasilitasi melalui kemitraaan. Bumdes menjadi salah satu tumpuan bagi masyarakat desa,” terangnya.
Harlina menegaskan harapannya agar BUMDes menjadi rumah bagi petani millenial maupun pelaku usaha di desa hingga seluruh masyarakat desa. “Kalau kekurangan modal bisa komunikasi ke BUMDes, yang kita harapkan BUMDes menjadi penggerak ekonomi masyarakat, termasuk pemasaran dari hulu ke hilir. Potensi pemasaran akan lebih bernilai tawar kalau merupakan suatu kumpulan di desa. Skalanya lebih besar,” lanjutnya.
Webinar “Cipta Pertanian Berkelanjutan bersama Pemuda” merupakan bagian dari Festival Petani Millenial yang tahun ini mengambil tema “Ayo Kitorang Pulang Bangun Kampung.” Acara ini diadakan oleh The Asia Foundation dan PUPUK Surabaya bersama mitra-mitra terkait. Tujuannya adalah menjadi sarana berbagi cerita inovasi terkait pertanian berkelanjutan dan mendorong peran pemuda millenial untuk terlibat dalam sektor pertanian yang bernilai ekonomi namun tetap menjaga kelestarian hutan.