DK PBB Gagal Capai Kesepakatan Soal Resolusi Perang Gaza
Berita Baru, Jakarta – Dalam pertemuan tertutup yang digelar Senin (6/11/2023), Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (DK PBB) kembali gagal mencapai konsensus terkait rancangan resolusi yang bertujuan menghentikan perang di Jalur Gaza.
Wakil Duta Besar Amerika Serikat untuk PBB, Robert Wood, mengumumkan kegagalan ini dengan mengatakan, “Belum ada kesepakatan pada saat ini.” dikutip dari CNN.
Sepuluh negara anggota tidak tetap DK PBB telah merancang sebuah resolusi yang membahas perang di Gaza. Namun, negara-negara anggota tetap DK PBB yang memiliki hak veto menentang resolusi tersebut.
Negara-negara Barat, khususnya Amerika Serikat dan Inggris, menolak untuk menyertakan pelaksanaan gencatan senjata segera dalam resolusi tersebut.
Wakil Duta Besar China untuk PBB, Jun Zhang, mengekspresikan keprihatinan serupa dengan Sekjen PBB yang menggambarkan situasi Gaza sebagai “kuburan bagi anak-anak.” Zhang menyatakan, “Saat ini, warga sipil Palestina terus dibunuh. Anak-anak lah yang paling terkena dampaknya, seperti yang telah dinyatakan oleh beberapa pejabat AS. Gaza menjadi kuburan bagi anak-anak.”
Ini merupakan salah satu rangkaian usaha yang belum membuahkan hasil untuk mengakhiri konflik berkepanjangan di Gaza. Meskipun Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa telah memberikan suara untuk menyerukan “gencatan senjata kemanusiaan” terkait perang Israel-Hamas pada akhir Oktober, Dewan Keamanan PBB masih harus mengadopsi resolusi tersebut untuk mengukuhkannya sebagai langkah resmi.
Hingga saat ini, kekurangan dukungan suara dan veto dari Amerika Serikat terus membuat upaya-upaya seperti ini belum terealisasi.
Keputusan resolusi yang bersifat mengikat memerlukan suara mendukung dari setidaknya sembilan dari lima belas anggota DK PBB, tanpa adanya hak veto yang digunakan oleh salah satu dari lima anggota tetap DK.
Resolusi-resolusi sebelumnya yang diusulkan oleh beberapa negara anggota DK PBB juga belum mencapai kesepakatan, termasuk dari Yordania, Amerika Serikat, Brasil, dan Rusia.