Beritabaru.co Dapatkan aplikasi di Play Store

 Berita

 Network

 Partner

Rektor Universitas Paramadina, Prof. Dr. Didik J Rachbini
Rektor Universitas Paramadina, Prof. Dr. Didik J Rachbini

Didik J. Rachbini Ungkap Ancaman Otoriterisme di Politik Indonesia



Berita Baru, Jakarta – The Lead Institute Universitas Paramadina meluncurkan Serial Diskusi Fatsoen Politik dengan menggelar webinar bertajuk “Program Fatsoen Politik: Menuju Politik yang Beretika & Beradab di Indonesia.” Acara tersebut dihadiri oleh para akademisi dan tokoh politik yang memaparkan pandangan mereka terkait etika dan fatsoen politik di Tanah Air pada Selasa (5/12/2023).

Rektor Universitas Paramadina, Didik J Rachbini menggarisbawahi urgensi etika politik, terutama di tingkat kekuasaan. Menurutnya, demokrasi Indonesia menjadi brutal dan kekuasaan cenderung otoriter.

“Di level kekuasaan fatsoen dan etika politik sudah tidak ada lagi. Demokrasinya sudah menjadi brutal dan hukum rimba karena tidak ada kontrol publik yang kuat dan check and balance yang absen. Politisi juga sudah tebal muka,” tegar Didik.

Didik menegaskan, kekuasaan yang ada sudah terlalu kuat dan otoriter. Lalu kini pecah dengan adanya perlawanan konflik satu dengan lainnya, antara yang dulu sangat mendukung kekuasaan namun sekarang berbalik.

“Dulu rakyat yang diadu domba oleh elit sehingga belah dua, kini elitnya yang lebih terbelah,” tuturnya.

Didik menjelaskan ada satu fenomena yang publik tidak terlalu memperhatikan yaitu fenomena relawan. Proses demokrasi yang sehat, menurutnya dibajak oleh peranan relawan di dalam kekuasaan.

“Ini juga akan menjadi penyakit pada periode kepemimpinan ke depan jika tetap dibiarkan menjadi barang haram di dalam sistem demokrasi di luar eksekutif, legislatif, dan yudikatif.  Relawan dalam pilpres adalah bagian dari sistem, bagian dari institusi, aturan dan kelompok. tetapi relawan di bawah kekuasaan selama 9 tahun ini telah menjadi hama, rayap dan tikus demokrasi,” jelasnya.

Menurutnya, relawan itu bukan eksekutif, bukan legislatif, dan bukan yudikatif. Namun, mereka ada di bawah karpet yang dulu memuji-muji kekuasaan dan secara tidak langsung membungkam orang-orang kritis, dan sekarang seola-olah menjadi oposisi, berperan check and balances .

“Selama 9 tahun ini rayap-rayap demokrasi itu yang memuji-muji menjilat kekuasaan, membungkam elemen kritis dan mendorong kekuasaan ke arah otoriter. Untung tidak kejadian sampai bablas 3 periode,” terang Didik.