Dibalik Semua Kritik, “A World Without” Sematkan 5 Pesan Berharga Ini
Berita Baru, Entertainment – Film terbaru Nia Dinata berjudul “A World Without” telah tayang di Netflix sejak 14 Oktober lalu. Meski menuai beragam kritik, film yang menampilkan tokoh utama Chicco Jerikho, Ayushita, Asmara Abigail, Amanda Rawles, dan Maizura ini menyematkan pesan-pesan tertentu. Selain itu, film ini juga coba memotret kehidupan pasca-pandemi dengan kepincangan yang mungkin dialami anak mudanya.
Baca sampai habis 5 pesan dari “A World Without” berikut ini.
Sinopsis A World Without
Di tahun 2030, tiga remaja perempuan yakni Salina, Tara, dan Ulfah bergabung ke The Light, sebuah organisasi misterius yang berjanji mewujudkan kehidupan yang diimpikan para anggotanya. Ali Khan dan istrinya, Sofia, merupakan pemimpin karismatik dari organisasi tersebut.
Awalnya, semua terasa menyenangkan, para remaja ini bersemangat mengikuti kegiatan The Light. Hingga akhirnya, terjadi hal-hal yang tak mereka inginkan. Mereka mulai menyadari sisi gelap The Light dan berupaya mengungkapkannya.
Sempurna yang fana
Kehidupan sempurna ditawarkan oleh The Light adalah kehidupan ideal yang diinginkan banyak orang. Yang dikejar kemudian adalah hidup sesuai standar orang biasa: tumbuh, menikah, berumah tangga, memiliki anak, dan bekerja. Padahal, setiap orang istimewa dengan cara dan pilihannya masing-masing, kan? Artinya, dibalik “kesempurnaan” hidup seseorang yang kita lihat dari luar, ada hal-hal tak terlihat yang tak dibagikan. Pada akhirnya, mengerja “kesempurnaan di mata orang lain” hanya menyisakan kelelahan.
KDRT itu ada
Setelah menikah, Tara tinggal dengan suaminya. Ia berusaha merayu untuk melakukan hubungan suami-istri, namun suaminya menolak. Hingga suatu malam, suaminya menyewa seorang pria asing untuk menyetubuhi istrinya sendiri. Pemerkosaan ini merupakan bentuk kekerasan dalam rumah tangga yang tak bisa dibenarkan. Tara, dalam film ini, nampak kesulitan mencari tempat bernaung yang percaya dan mau merengkuhnya.
Lingungan toxic nggak asyik
Ketika Tara mengadukan kekerasan yang dilakukan suaminya, Sofia sebagai “mak comblang” justru tak memberi bantuan. Yap, Sofia adalah salah satu simbol toxic tersebut. Ia melakukan gaslighting pada Tara dengan mengatakan, “sudah jadi kewajiban istri untuk melayani suami.” Ia bahkan melarang Tara menceritakan hal itu karena termasuk aib suaminya, dan menyuruhnya berbaikan saja. Bagaimana kalau kamu jadi Tara?
Masa depan lingkungan hidup
Keberlangsungan lingkungan hidup di tahun 2030 digambarkan telah rusak. Anak Sofia diceritakan meninggal dunia akibat kontaminasi plastik. Meski hanya sekilas jadi omongan bahkan terkesan seperti tempelan, isu pencemaran mikroplastik ini penting dibicarakan. Pasalnya, untuk menghindari keracunan sampah plastik yang lebih meluas dan parah (di tahun 2030), umat manusia harus berbenah mulai dari sekarang.
Pilih-dengar omongan orang
Ini mungkin kutipan penutup sekaligus kunci dari keseluruhan cerita “A World Without.” Bahwa, menjadi perempuan tak membutuhkan penerimaan orang lain, karena sesungguhnya superpower itu selalu ada dalam diri kita. Kita tidak membutuhkan The Light untuk melihat keberhagaan diri kita. Dan jangan lupa, selain fokus pada kualitas diri, lakukan penerimaan lebih dahulu atas segala kurang dan lebih yang kita punya. Setuju?
Saksikan trailer “A World Without” di sini.