UIN Sunan Kalijaga Terima Surat Kaleng, Beberkan Kebobrokan Rektorat
Berita Baru, Jogja – Dewan Mahasiswa (DEMA) UIN Sunan Kalijaga terima surat kaleng yang membeberkan kebrobrokan rektorat.
Surat yang diterima pada Rabu (5/10) lewat kurir pekat tersebut berisi tentang pihak Rektorat UIN Sunan Kalijaga yang semena-mena dalam menggunakan anggaran kampus.
Kendati tidak memeberikan identitas yang jelas, pengirim surat kaleng tersebut mengaku bahwa dirinya adalah pegawai biasa yang sudah mendekati pensiun.
Ia membocorkan informasi tersebut karena merasa kasihan kepada mahasiswa yang mengalami penaikan UKT secara drastis, sementara alokasi dari UKT tersebut malah digunakan oleh pihak rektorat dan jajaran bawahannya untuk kepentingan pribadi.
Berikut isi dari surat kaleng tersebut yang diterjemahkan dari bahasa Jawa.
YTH. Senator Mahasiswa, HMJ,dll. Salam….!
Aku hanya pegawai biasa yang akan pensiun, tapi masih punya rasa kasihan kepada para mahasiswa.
Aku mendukung kalian semua mengadakan tuntutan kepada pimpinan UIN (Rektor, para wakilnya dan para dekan) terkait dengan kebijakan menaikan UKT seenaknya sendiri, tidak manusiawi.
Tapi karena aku pegawai biasa, orang kecil, mampuku hanya mengelus dada melihat kelakuan para pimpinan yang sekarang.
Tidak tahu kalo sekarang mencari uang itu masih susah karena pandemi yang belum benar-benar pulih.
Apalagi setalah BBM naik, beban hidup semakin berat. Semua barang semakin mahal.
Saya beri tahu ya. Uang UKT itu masuk kedalam BLU. Anggaran paling banyak yang menggunakan uang BLU itu ya buat membayar kegiatan para pimpinan: Remune* rektor dan wakil-wakilnya, remune para dekan dan wakil-wakilnya yang (jumlahnya) lumayan banyak, sementara para pegawai dan dosen ya kebagian walau jumlahnya tidak seberapa tergantung kinerjanya.
Yang paling kasihan ya para mahasiwa, terutama kegiatan DEMA, BEM, HMJ, dan turunannya, hanya beri (sisa) tidak seberapa, padahal uang itu dari mahasiswa.
Apa adil jikalau begitu??
Yang paling tidak bisa diterima itu ketika para pimpinan dan para pejabat UIN menggunakan uang BLU untuk raker diluar kota, seperti ke Bali dan lainnya. Ratusan juta habis hanya untuk rapat-rapat
Dan lagi, rektor membuat kebijakan mengangkat professor yang sudah pensiun diperintah mengajar kembali, gajinya besar, diambil dari uang BLU. Ini kan lucu serta aneh…!!! Tapi syukur katanya sekarang sudah dikritik senat universitas.
Apalagi, program pejabat jalan-jalan ke luar negeri (terakhir berangkat tanggal 27 September 2022, sebelumnya sudah berkali-kali) tapi dibungkus umroh, mengadakan MoU dengan PT (Perguruan Tinggi) di luar negeri, padahal sebelumnya sudah pernah MoU dengan banyak sekali universitas luar negeri, tapi ya tidak berguna, tidak ada tindak lanjut, mangkrak. Semua itu ongkos atau biaya ke luar negeri menggunakan uang BLU, atas nama perjadin/Perjalanan Dinas atau dengan bungkus dan nama yang lainnya.
Aku terpaksa memberi seperti ini karena aku tidak tega melihat orang tuanya mahasiswa yang harus membayar UKT banyak/mahal tetapi justru yang digunakan untuk kegiatan mahasiwa tidak seberapa jumlah/besarannya.
Pimpinan UIN sekarang memang terlalu menganggap remeh yang lain, mengandalkan salah satu wakilnya yang sesumbar bisa mengatasi semua mahsiswa karena merasa dirinya bekas aktivis.
Sekali lagi, saya mendukung adanya tuntutan dan gerakan mehasiswa supaya pimpinan UIN tidak sewenang-wenang, rektor, para wakilnya dan para dekan semua sudah sama saja, tidak punya udel/pusar**. Kong kalikong…!!
Wassalam…
Markisot….!!!
Catatan:
*Remunesasi: Jenis kompensasi lain yang diterma karyawan atau eksekutif perusahaan untuk pekerjaan mereka.
**Pribahasa Jawa: hilang rasa.