Beritabaru.co Dapatkan aplikasi di Play Store

 Berita

 Network

 Partner

Dies Natalis, Dema FUPI
Dies Natalis Fakultas Ushuluddin dan Pemikiran Islam (FUPI) UIN Sunan Kalijaga ke-64, DEMA FUPI menggelar seminar bertajuk “Seminar Pemikiran Kebangsaan: Evaluating the Narrative of Religious Moderation” pada Senin, (11/11/2024).

DEMA FUPI UIN Sunan Kalijaga Gelar Seminar Evaluasi Moderasi Beragama di Dies Natalis ke-64



Berita Baru, Yogyakarta – Dalam rangka perayaan Dies Natalis Fakultas Ushuluddin dan Pemikiran Islam (FUPI) UIN Sunan Kalijaga ke-64, Dewan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Ushuluddin dan Pemikiran Islam (DEMA FUPI) menggelar seminar bertajuk “Seminar Pemikiran Kebangsaan: Evaluating the Narrative of Religious Moderation” pada Senin, (11/11/2024). Seminar ini diselenggarakan di Convention Hall lantai 2 UIN Sunan Kalijaga dengan menghadirkan dua narasumber terkemuka: Prof. Dr. Aksin Wijaya, S.H., S.Ag., M.Ag., Guru Besar Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir, serta Dr. Suhadi Cholil, M.A., pengajar di Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga sekaligus akademisi di CRSC UGM.

Teuku Alief Furqan, Ketua Panitia Dies Natalis, dalam sambutannya menyampaikan mengenai latar belakang pengangkatan tema dalam seminar ini, bahwa ia dan teman-temannya dari panitia Dies Natalis maupun DEMA FUPI memang menyiapkan tema yang mereka anggap akan disambut dengan seru oleh civitas akademika FUPI. “Kami ingin menggairahkan keilmuan civitas akademika FUPI, terutama mahasiswa, agar lebih menyala dan jaya lagi,” ujar mahasiswa asal Aceh tersebut, dilansir dari siaran pers yang diterima Tim Redaksi Berita Baru pada Jum’at (15/11/2024).

Acara dimulai pukul 08.40 dengan pembukaan oleh MC, Febby Ayuni Pradiana, diikuti oleh lagu kebangsaan Indonesia Raya dan Hymne UIN Sunan Kalijaga yang dipandu Halwa Karimatu Mufidah. Sambutan awal disampaikan oleh Wakil Dekan II Bidang Administrasi, Dr. Munawar Ahmad, M.Si., yang mewakili Dekan FUPI, Dr. Robby Habiba Abror, S.Ag., M.Hum., yang berhalangan hadir.

Prof. Aksin Wijaya memulai sesi inti dengan menyoroti kata “Evaluating” dalam tema “Evaluating the Narrative of Religious Moderation” yang menjadi tajuk seminar tersebut. “Evaluasi artinya kita harus membicarakan moderasi beragama dengan agak lebih kritis,” tegas Prof. Aksin. Beliau menjelaskan moderasi beragama dari sudut pandang filosofis dan menyarankan pendekatan yang mendalam untuk memahami narasi ini.

Dr. Suhadi Cholil, yang menyampaikan materi dengan bantuan slide presentasi, mengapresiasi keberanian panitia mengangkat tema ini. “Tema ini adalah tema yang berani,” ungkapnya. Ia membahas moderasi beragama dari perspektif empiris dan politis, menyoroti bagaimana konsep ini diaplikasikan dalam konteks kenegaraan dan kehidupan masyarakat.

Ahmad Tajuddin, seorang panitia sekaligus peserta, menilai diskusi yang dihadirkan menarik dan mendalam. “Seminar ini menarik sekali sebab mendudukkan dua orang akademisi yang secara kuat terasosiasi dengan topik moderasi beragama. Prof. Aksin di satu sisi terkenal sebagai penulis yang cukup sering menuliskan tentang syarh positif tentang moderasi beragama, dan Dr. Suhadi di sisi lain sebagai akademisi yang memiliki penelitian yang fokus mempertanyakan aspek empiris dari moderasi beragama dari aspek politik-kenegaraan,” ujarnya.

Namun, ketika ditanya lebih spesifik tentang komentarnya atas dialektika yang terjadi dalam forum, Ia berkomentar “Sebenarnya kami yang merumuskan tema dan nama yang diundang untuk menjadi narasumber di seminar ini berekspektasi akan terjadi perspektif yang sedikit saling bertolak belakang dan kemudian melahirkan sintesis baru. Namun saya rasa itu tidak terwujud. Sebab ternyata keduanya membicarakan moderasi beragama dari sudut pandang yang sama sekali berbeda: Prof. Aksin dari segi dasar pemikiran filosofisnya, Dr. Suhadi dari aspek empirik-politiknya. Namun poin-poin diskusinya tentu tetap banyak yang segar dan menarik,” tambahnya.

Seminar ini berharap dapat menggugah minat civitas akademika FUPI terhadap isu-isu kebangsaan dan moderasi beragama, sekaligus menegaskan komitmen DEMA FUPI UIN Sunan Kalijaga dalam mendorong dialog keilmuan yang relevan dengan perkembangan zaman.