Canelo Alvarez vs Avni Yildirim: Pertarungan atau Pemanasan?
Berita Baru, Boxing – Setelah sukses dengan comeback yang spektakuler menumbangkan Callum Smith tahun kemarin, sang juara dunia kelas menengah super WBC, Saul “Canelo” Alvarez, kembali naik ring. Ya, ia memegang teguh janjinya untuk naik ring tepat di awal tahun 2021.
Canelo juga sesumbar untuk menyapu bersih gelar kelas menengah super dan tidak picky dalam pemilihan lawan–termasuk untuk rematch ketiga kalinya dengan petarung yang dikenal melalui slogan Big Drama Show-nya, yaitu Gennady Golovkin.
Hal ini dilakukan karena Canelo Alvarez sangat ngebet ingin meraih gelar undisputed champion menyusul kompariot-nya yang kini menjadi salah satu petinju Internasional Boxing Hall of Fame: Floyd Mayweather Jr.
Meski memiliki ambisi besar, pertandingan yang akan dilakoni Canelo kali ini cukup mengejutkan. Canelo Alvarez dijadwalkan menjalani pertarungan “kecil”–yang sebenarnya tak sesuai dengan level dan kapabilitasnya sebagai undisputed champion. Iya, Canelo akan melawan Avni Yildirim, petinju asal Turki yang memiliki rekor 21-2.
Oleh para pengamat, hal tersebut cukup menjadi alasan mengapa pertandingan ini disebut petarung kelas “kecil”. Pasalnya, secara resume, Canelo jauh lebih unggul dari segi apa pun baik dari pengalaman, kualitas, dan juga teknik.
Dan sangat masuk akal jika seharusnya Canelo memilih petarung yang levelnya lebih tinggi darinya seperti Caleb Plant, Billy Joe Saunders, Gennady Golovkin, Jermall Charlo. Di mana, menurut DAZN Boxing, keempat petarung itu adalah raja terakhir di kelas Menengah Super jika memang Canelo ingin menyapu bersih semua gelar yang ada di kelasnya.
Akibat ekspektasi itu, kualitas dan daya tarik dari seorang Canelo Alvarez yang gagah perkasa tersebut akan menjadi kurang menarik secara teknis.
Oleh karenanya, terdapat satu alasan yang cukup logis mengapa Canelo memilih Avni Yildirim sebagai rekan sharing ring, yaitu ajang pemanasan.
Ya, memilih petarung dengan rating bawah sebenarnya tidak menjadi persoalan besar. Sebab langkah ini diambil sebagai pemanasan untuk mengasah kemampuan dan kesiapan mental seorang petinju sebelum partai utamanya dimulai.
Langkah ini sering diambil oleh Amanda Serrano (petinju perempuan asal Puerto Rico) dan Manny Pacquiao (petinju asal Filipina). Manny Pacquiao melakukan laga pemanasan sebelum menghadapi Floyd Mayweather Jr. pada tahun 2015 lalu.
“Yes, stay busy in boxing is a must!”
Jadi mungkin saja, ada kartu besar yang sedang dipersiapkan oleh sang juara dunia untuk siap di pertarungan yang sesungguhnya.
Mengenal Avni Yildirim
Petinju muda Turki berusia 29 tahun ini adalah penantang mandatori yang harus dilewati Canelo sebelum laga melawan petinju WBO kelas menengah, Billy Joe Saunders. Yildirim memiliki gaya bertarung inside dikombinasikan dengan pukulan left hook dan bodyshot yang keras.
Sayangnya defense yang dimiliki Yildirim sangatlah buruk. Hal ini bisa dilihat dari laga dirinya kontra Chris Eubank Jr. yang hanya bertahan tiga ronde dengan knockout. Ia tak bisa menembus pertahanan lawan dan terus menempel dengan gaya inside, yang justru malah menjadi malapetaka baginya.
Gaya bertarung dan kemampuan sesungguhnya justru terlihat ketika dirinya melawan Anthony Dirrell. Gaya inside dan menggunakan bodyshot keras dan hook kiri menjadi senjata andalannya. Walaupun hasilnya tetap saja kalah.
Dengan dua kali kekalahan dan dua tahun tidak naik ring, merupakan batu sandungan besar yang dimiliki oleh Avni Yildirim. Terhitung sejak 2019, dia enggan menampilkan taringnya di ring.
Ditambah dengan dua kali kekalahan, cukup menguak kelemahan yang sampai saat ini belum menunjukkan perubahan. Pertanyaannya adalah—dengan hole yang sangat besar—bisakah Yildirim membalikkan kenyataan untuk menumbangkan sang juara? Mungkin, tetapi sangat kecil kemungkinannya.
Melihat situasi itu, justru peluang dan tekanan besar berada pada Canelo. Sebagai petinju nomor 1 Pound For Pound terbaik versi The Ring Magazine, seharusnya Canelo bisa mencetak knockout untuk menyemarakkan birahi tinju yang sempat lemas karena terjangan pandemi.
Hal itu sebagaimana disampaikan Timothy Bradley. Ia bahkan menyatakan, “Canelo baru bisa dikatakan juara sesungguhnya jika mengandaskan Yildirim kurang dari enam ronde”.