BRIN Sebut Investasi Pembangunan Siklotron Masih Rendah
Berita Baru, Jakarta – Peneliti Ahli Utama di Pusat Riset Teknologi Radioisotop, Radiofarmaka, dan Biodosimetri (PRTRRB) Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Rohadi Awaludin, menyatakan bahwa saat ini ada tren pergeseran dari penggunaan radiofarmaka berbasis reaktor ke yang berbasis siklotron. Salah satu alasan utama pergeseran ini adalah karena investasi pembangunan siklotron tidak sebesar pembangunan reaktor dan dapat dilakukan secara mandiri oleh pihak swasta.
“Ada faktor teknis dan ekonomi dalam pergeseran tersebut. Hal ini penting diperhatikan untuk perencanaan pengembangan radioisotop dan radiofarmaka ke depan,” kata Rohadi dalam webinar Ngobrol Pagi ala Radioisotop, Biodosimetri, dan Radiofarmaka (NGOPI ARABIKA) bertema “Produksi Radioisotop Menggunakan Reaktor G.A. Siwabessy: Peluang dan Tantangannya” pada Jumat (12/7/2024).
Rohadi mengungkapkan bahwa Reaktor G.A. Siwabessy di BRIN Kawasan Sains dan Teknologi (KST) B.J. Habibie, Serpong, dilengkapi dengan fasilitas pendukung yang sangat lengkap, termasuk instalasi produksi radioisotop. Reaktor ini terintegrasi dengan Instalasi Teknologi Radioisotop dan Radiofarmaka (ITRR) di Gedung 10 KST B.J. Habibie melalui sebuah kanal, yang memudahkan pengangkutan produksi radioisotop.
“Produksi radioisotop yang telah dihasilkan menggunakan Reaktor G.A. Siwabessy antara lain Samarium-153, Lutetium-177, Iridium-192, Gold-198, Phosphorus-32, Molybdenum-99, Iodine-131, dan Iodine-125,” jelas Rohadi.
Namun, Rohadi juga menyebutkan bahwa ada tantangan yang dihadapi dalam produksi radioisotop dan radiofarmaka, terutama kemampuan memproduksi secara rutin dan dalam skala besar. Saat ini, hampir 100 persen kebutuhan radiofarmaka di Indonesia masih diimpor.
“Meskipun demikian, menangkap peluang dari sisi kapasitas, Reaktor G.A. Siwabessy dapat berperan dalam rantai pasokan global radioisotop,” lanjut Rohadi.
Kepala PRTRRB BRIN, Tita Puspitasari, menambahkan bahwa BRIN memiliki peluang untuk memenuhi kebutuhan radioisotop dan radiofarmaka di Indonesia. “Saat ini, BRIN sedang berupaya untuk mengakselerasi produksi radioisotop dan radiofarmaka berbasis proton maupun berbasis reaktor. Namun, yang kita perlu ketahui dari awal adalah, bagaimanapun tidak mudah untuk bisa mandiri memenuhi radioisotop dan radiofarmaka di Indonesia,” tandas Tita.