BMKG Sebut Gempa M 6,7 di Siberut Patut Diwaspadai
Berita Baru, Jakarta – BMKG mencatat 2 kali gempa terjadi di Pulau Siberut, Kepulauan Mentawai, Sumatera Barat diguncang gempa, pada Senin (14/3) pagi.
Pertama dengan kekuatan M 6,9 yang kemudian dimutakhirkan menjadi M 6,7 dan yang kedua berkekuatan M 6,0.
Mulanya BMKG menyebut gempa berada di Nias Selatan, namun berdasarkan data pemutakhiran, titik gempa berada di Pulau Siberut, Kepulauan Mentawai.
Menurut Kepala Bidang Mitigasi Gempabumi dan Tsunami BMKG, Daryono, gempa yang dirasakan hingga ke Padang, Sumatera Barat ini berpotensi destruktif atau merusak.
“Gempa kuat M6,7 guncang Pulau Siberut Kep Mentawai – Kep. Batu Magnitudo Mag.6,7 bersumber di Zona Megathrust berpotensi destruktif,” tulis Daryono pada akun Twitter pribadinya.
Ia menjelaskan Gempa Mag. 6,7 yang terjadi merupakan jenis gempa dangkal akibat adanya aktivitas subduksi lempeng di Zona Megathrust Mentawai – Siberut.
“Hasil analisis mekanisme sumber menunjukkan bahwa gempa memiliki mekanisme pergerakan naik (thrust fault),” sebutnya.
“Hasil pemodelan tsunami oleh BMKG menunjukkan bahwa gempabumi Mag. 6,7 ini Tidak Berpotensi Tsunami, karena kekuatannya belum mampu menciptakan deformasi dasar laut untuk menimbulkan gangguan kolom air laut,” katanya.
Daryono mengungkap gempa besar di wilayah tersebut terjadi pada tahun 1797 dengan kekuatan 8,5 magnitudo. Sehingga patut diwaspadai, apakah ini gempa pembuka atau bukan.
“Gempa M6,7 pagi ini terletak di Zona Seismic Gap (zona kekosongan gempa besar) Kep Mentawai bagian Utara. Gempa besar terakhir berkekuatan M8,5 pada tahun 1797 atau sudah 225 tahun yang lalu,” ujarnya.
“Kita patut mewaspadai gempa ini, apakah sebagai gempa pembuka atau bukan sulit diprediksi,” sambung Daryono.
Ia pun mengurai, Gempa Mentawai M6,7 sumbernya sama dengan gempa dahsyat M8,5 pada 10 Februari 1797 yang memicu Tsunami di Mentawai-Sumbar-Sumut, menerjang pantai dan muara sungai hingga menggenangi pesisir Padang.
“Banyak rumah hanyut. Kapal besar terdorong 5,5 km ke daratan menewaskan > 300 orang,” ungkap Daryono
Daryono menghimbau kepada masyarakat pesisir untuk melakukan langkah antisipasi, jika terjadi gempa yang lebih kuat, lakukan upaya evakuasi mandiri dengan cara menjauh dari pantai tanpa menunggu Peringatan Dini Tsunami dari BMKG.
“Evakuasi mandiri adalah sebuah ikhtiar yang dapat menjamin keselamatan dari tsunami,” pungkasnya.