Bernostalgia dan Berfilsafat ala Alumni PMII Galileo
Abdul Muiz
Penggerak literasi di Gubuk Tulis
Perilaku masyarakat di bulan Ramadhan saat musim pandemi ini mengalami perubahan drastis, dari tahun sebelumnya. Di mana puasa Ramadhan yang biasanya umat islam disibukkan dengan ngabuburit, tarawih berjamaah, tadarrus Al Qur’an, buka bersama, hingga pengajian akbar. Kini, Covid-19 telah mengubahnya.
Masa sulit seperti itu tak lantas membuat para alumni PMII Pencerahan Galileo, komisariat Sunan Ampel UIN Maulana Malik Ibrahim Malang pasrah kepada kondisi itu. Beberapa alumni di awal malam bulan Ramadhan menginisiasi adanya ngopi online, yang diberi nama Ngaji Galileo. Di antaranya ada Sahabat Hadi, Mubin, dan Fauzi.
Dari obrolan cengengesan via zoom awal malam bulan Ramadhan 1441 H itu, muncullah inisiasi untuk menjalin silaturrahim online. Tidak hanya itu, setiap malamnya juga disiapkan pemateri, untuk menyampaikan materi apapun, yang ditentukannya sendiri. Durasi ngaji galileo berikutnya juga dibatasi agar tidak terjadi kebosanan, di mana dimulai pukul 21.00 dan berakhir pukul 22.00 WIB.
Adapun host dan notulen andalan yang telah disepakati sepanjang hari ialah Sahabat Mubin dan Fauzi. Setiap malamnya, pertemuan via zoom dihadiri oleh beberapa alamni Sunan Ampel, alumni Galileo, dan kader galileo. Pertemuan kedua, alumni Galileo menghadirkan ketua alumni PMII Galileo, Sahabati Wiwin Maisyaroh, sebagai pembicara. Tentu tetap dalam nuansa bersendau gurau dan kangen-kangenan. Selain itu, pertemuan kedua juga tengah mendiskusikan perkembangan sains.
Menurut Wiwin, “Dalam beberapa kasus terkait lingkuangan, integrasi saintifik seringkali tidak digunakan. Seolah kasus berdiri sendiri, misalnya Covid-19, yang kemudian hanya berkutat pada virus saja. Padahal akar permasalahannya sangat banyak. Begitu pula cara menyikapinya.”
“Virus di sini, kan dekat dengan ilmu biologi. Sedangkan biologi tidak bisa berdiri sendiri. Harus ada integrasi saintifik yang kemudian menikah dengan ilmu lain- sosial, ekonomi, matematika, dan lain-lain.” Tambah dosen biologi IAIN Jember itu.
Peserta ngaji pun menanggapi dan mengamini pendapat Wiwin dengan fenomena apel Batu. Di mana diperlakukannya satu jenis variates apel, agar menghasilkan swasembada apel yang besar dan bisa memenuhi kebutuhan konsumen, padahal itu sangat merugikan. Ruginya adalah dengan variates yang sama itu, muncullah ketidakseimbangan ekosistem, seperti hama dan matinya variates lokal lainnya. Itulah kerugian ekonomi yang diakibatkan oleh pengaplikasian pertanian atau biologi yang tidak tepat.
Di sisi lain, Hadi Prayitno juga menambahkan bahwa ada kemurtadan intelektual. Artinya, keilmuan sering dikesampingkan dalam berbagai hal terkait kebijakan. Tidak ada lagi integrasi saintifik, yang ada hanyalah kepentingan. Dilematis memang.
Cita-cita pendiri PMII Galileo akan hadirnya intelektual organik kini hadir. Belum cukup puas dengan ngaji galileo yang disampaikan Wiwin Maisyaroh, berikutnya dipertemuan ketiga dilanjut berdiskusi bersama Sahabat Didik Suyuti.
Didik Suyuti ini dikenal sebagai filsufnya PMII rayon Ibnu Aqil, yang semasa di kampus juga aktif mendampingi pertumbuhan dan perkembangan rayon Galileo. Kini ia tinggal dan kerja di Jakarta.
Host tetap dipandu oleh Mubin, mantan ketua rayon Galile yang aktivis Ansor Bojonegoro itu. Ia memandu acara dengan membimbing Didik untuk menggunakan Zoom, hehe. Yang mana diakuinya bahwa baru pertama kali menggunakan aplikasi itu.
Didik mengawali ceritanya dengan bernostalgia saat menjadi aktivis kampus, yang juga pernah bercengkrama dengan kader galileo di tahun 2000-an. Kala itu ngaji membahas tentang kecenderungan mahasiswa yang bekerja tidak sesuai dengan jurusan. Di mana juga, Didik menceritakan sedikit kisah sukses Sahabat Daniel (alumni PMII UIN Malang) di KPU RI.
Menurutnya, Daniel itu pemikir atau filsufnya KPU RI. Dia yang banyak merancang dan memikirkan kebijakan di KPU. Filsafat yang diaplikasikan Daniel itu filsafatnya Mulla Sudra.
“Filsafat Mulla Sudra adalah filsafat jenis baru yang mensintesiskan wahyu, rasionalitas, dan intuisi. Mulla Sudra mensintesa itu menjadi hushul dan khudur, pengetahuan konseptual dan pengetahuan dengan bantuan ilahiah. Keduanya bisa mengantarkan kita menemukan spesialisasi. Bisa gradual hushul dulu, terus naik ke khudur. Bisa juga langsung ke khudur. Hushul lebih kepada aqliyah, sedangkan khudur sebaliknya,” tambah Didik.
Diskusi berikutnya tetap gayeng membahas ranah filosofis Mulla Sudra, dan bagaimana kita semua bisa menentukan spesialisasi karir atau minat terbaik. Peserta pun saling menanggapi dengan argumentasinya masing-masing. Dan berakhir dengan canda tawa suka ria. Berkat kehadiran Sahabat Mastur, diskusi malam berikutnya akan disampaikan olehnya.
Mastur adalah kader PMII Adawiyah, pemikir dan psikolognya Adawiyah. Malam keempat membahas tentang Covid-19 dan Kepanikan kita semua. Perilaku masyarakat di tengah pandemi menurutnya harus mengikuti konteks, di mana akalu dulu kita mengenal Cogito Ergo Sum, Aku berpikir maka aku ada – maka saat ini kita mengena Aku menge-klik maka aku ada.
“Eksistensi diri manusia kini dihadapkan dengan eksistensi kita menggunakan teknologi. Barang siapa yang bisa menggunakan teknologi maka dia akan lebih eksis dari yang lain. Sebagaimana yang kita lakukan dengan Zoom ini,” tambahnya.
Menurutnya, ini lah yang dikatakan Sigmund Freud dalam ketaksadaran. Secara tidak langsung ketaksadaran itu terjadi di tengah kita. Misalnya dengan adanya algoritma media sosial, hingga kecerdasan buatan. Dan juga adanya gambaran fenomena Covid-19 menurut Harari, dan perilaku kita di tengah pandemi.
Tidak hanya itu, Zizek juga urun rembug membahas pandemi ini dengan kumpulan tulisan seputar pandemi, berjudul Panic- Covid 19 mengguncang dunia. Kepanikan itu kemudian didiskusikan oleh peserta. Apakah kepanikan itu terjadi secara alamiah atau buatan.
Hingga pada kepanikan yang merembet pada kebijakan suatu negara untuk membuat protokol keselamatan. Manakah yang diutamakan, protokol atau imunitas. Perbincanag seru pun terus berlangsung hingga tak terasa waktu menunjukkan pukul 22.20 WIB, dan host pun segera mengakhiri perbincangan dan menginfokan ngaji berikutnya, malam ini (26/04) jam 21.00 WIB bersama Hadi Prayitno, senior Galileo yang aktif sebagai pengamat kebijakan publik di Jakarta.
PMII Galileo akan selalu berevolusi dengan teknologi, namun kearifan lokal persahabatan tetap menjadi pijakan utama dalam pergerakan. Yang ada dalam forum ini hanya ilmu dan ilmu, semoga bermanfaat
Keren, catatan beberapa hari terakhir ini…
Mantab